"Zaujah," bisik lelaki itu di samping telinga istrinya. Isha menoleh, tersenyum lembut. "Ya, Zaujii!" lalu kembali menatap ke langit-langit malam. "Aku baru kepikiran soal ini...." "Soal apa?" Isha tampak bingung dan tidak mengerti. "Kamu tahu, Zaujah, kalau nama kita itu sebenarnya memiliki keterkaitan satu sama lain!" Isha kembali menoleh, memandang suaminya dengan wajah bingung, tetapi tetap memasang senyum hangatnya. "Terkait? Maksudnya bagaimana?" Lelaki yang tengah mendekapnya membalas senyum hangat Isha. "Isha itu seperti waktu sholat isya, dan Lusa itu seperti hari esok, jadi ibadah itu tidak boleh ditunda-tunda, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di hari esok, apa kita masih memiliki kesempatan untuk bernapas atau tidak!" Isha tersenyum mendengar ucapan Lusa yang terselip nada menggoda di dalamnya. "Sejak kapan suamiku jadi lebih agamis begini?" Mengedikan bahu, Lusa menekan hidung Isha. "Mungkin sejak bertemu kamu!" Dia menarik wajah Isha dan memberikan kecupan penuh cinta di bibirnya. "Terima kasih sudah membuat aku jadi lebih baik, Zaujah!" "Afwan, Zauji." 🌿🌿🌿 Star, Selasa 02 Maret 2021 Projek nulis bareng penerbit Rex Publishing.
19 parts