PROLOG
Adriana Fannia Shidiq.
Panggil aja Riana, jangan bilang kalian jadi ingat sama artis bohay Mba Ariana Grande. Haha, itu kembaran gue. Ga percaya? Siapa suruh percaya coba, hm-_
Gue kelas Sebelas IPS satu, kebanyakan bilang anak IPS itu gatau aturan, suka seenaknya sendiri, dan yang terpenting riewuh syekali. Pernyataan itu gue iyain, soalnya gue emang gitu orangnya.
Meskipun gue riewuh, gue tahu sikonsi. Apaan tuh? Situasi dan kondisi. Gue paling ga suka diatur sama adik kelas yang sok senior, dan gue paling cuek dalam urusan hubungan asmara. Tapi kebayang ga si pas elo ngefans sama seseorang, dan ternyata orang itu suka sama Lo? Oh My God, tolongin gue gabisa napas!
Btw, gue emang alay ga ketulungan, childish pula, receh apalagi. Jadi silahkan yang sukarela mau mengulurkan tangannya bantuin gue keluar dari zona alay, mangga atuh:')
Galih Novan Suhardi
Gue Galih, bisa dipanggil Novan, dari keluarga Suhardi. Ya, nama gue Galih Novan Suhardi. Nomor absen 15 di kelas Sebelas IPA satu. Warna favorit Hitam. Ukuran sepatu 42, tinggi 170 sentimeter, berat badan 58 kilogram, apalagi? Itu tadi mewakili jawaban gue buat yang suka nge-ask gue di ask.fm
Gue gatau sejak kapan gue suka sama tikus got sekolahan, alias cewek yang memperkenalkan diri di atas gue itu. Yang gue tahu, gue kenal dia semenjak gue dan dia berkecimpung di ekstrakurikuler yang sama. Gue yang bikin dia sebegitu bencinya sama gue, dan dia yang buat gue menyatakan perasaan ke dia bukan cuma sekali. Dari dia gue belajar banyak hal, dan gue harap, dia yang terakhir.
Inilah pemeran utama cerita kitaaaaaa *kita?*
Mba Riana dan Mas Galih
Happy reading
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan