Peringkat: #5 -- Filsafat (6/2/19)
NB: bukan novel terjemahan, hanya cerita fiksi dari sang penulis. Nama dan tempat hanyalah karangan, namun latar belakang cerita diambil dari adat Tiongkok.
Gifu, sebuah negara kerajaan indah yang terbentang dari kaki gunung Han hingga gurun pasir Ararat. Namun, kerajaan ini memiliki catatan hitam dan kelam di balik keindahannya.
Perang saudara, pertumpahan darah, penderitaan rakyat, dan bencana kelaparan menjadi saksi kelam Gifu. Di saat negara sedang dilanda kekacauan, sang Raja Gifu, FuMu sakit, sehingga Gifu diambil alih oleh Pangeran FuXi, adik Raja FuMu.
Terpikat dengan kursi panas seorang Raja, FuXi yang licik memalsukan stempel kerajaan, dan membuat Raja FuMu memberikan hak waris kerajaan padanya. FuXi membentuk pembunuh bayangan yang diberi nama Red Scorpion (HongXie 紅蝎). Tidak ada yang tau wujud, jumlah, dan bagaimana mereka membunuh.
Seperti bayangan dalam kegelapan, gerak-gerik mereka tidak terdeteksi. Mereka membunuh siapapun yang menentang Raja. Di saat FuMu menghembuskan nafas terakhirnya, FuXi resmi menjadi seorang raja. FuXi memburu anggota kerajaan yang masih hidup dan membunuh keturunan mediang FuMu.
Sial, setelah perceraianya selama 3 tahun. Mutia dipertemukan kembali dengan Heaven mantan suaminya yang sekarang menjadi salah satu dosen di Kampusnya.
Demi menjaga kawarasan, mutia bungkam kepada public mengenai statusnya.
"Bapak kenapa nyuruh saya masuk keruangan, tugas saya sudah seleai." Mutia terlihat sekali malas menatap seseorang yang berada di hadapannya.
"Ulangi lagi. Saya nggak puas dengan hasilnya."
"Ini udah bener! Kenapa harus diulang. Perkara nggak puas bukan nggak bener pak!"
"Terserah kamu, kalau mau saya kasih nilai." Heaven membenarkan kacamatanya.
"Ckk! Ini udah revisi 3 kali ya, perasaan ga pas terus di bapak!" Mutia kesal bukan main.
"Kalau mau pas ya puaskan saya." Jawab Heaven dengan entengnya.
Perempuan itu melebarkan matanya, "Sinting!" Sewotnya sebelum meninggalkan ruangan.