Diangkat oleh sang ayah menjadi managing director PT Kwarsa Imperia Realty, tugas pertama Abraham Ardiansyah adalah untuk menuntaskan proses pembelian Omah Wolu, sebuah rumah kuno di Kaliurang, Yogyakarta, untuk dijadikan hotel berbintang. Abraham alias Abe memutuskan untuk menyamar menjadi warga kebanyakan sehingga bisa kenal dekat dengan Suryawan Lanang, pelukis yang merupakan owner dari Omah Wolu. Namun kemudian dunia terbalik bagi Abe. Ia bertemu Riris Rukmi, musisi jalanan yang tak mau dibayar dengan uang, melainkan buku. Riris melakukan itu untuk menambah koleksi buku Lucida Sidera, rumah baca miliknya yang berlokasi di Omah Wolu. Abe pun mulai melihat situasi dari perspektif berbeda. Jika ia menang dan Kwarsa berhasil mendapatkan Omah Wolu, rumah itu akan dirubuhkan untuk diganti sepenuhnya dengan bangunan hotel yang megah. Lalu impian Riris untuk memberi buku bacaan dan harapan hidup bagi anak-anak yang kurang beruntung pun akan musnah. Dalam keterpukauan akan Riris dan semua cita-cita besarnya yang dahsyat, Abe terjebak antara dua pilihan yang sama penting: kariernya, atau mata indah yang seperti bintang benderang itu. Ia tak mungkin mendapatkan keduanya sekaligus. Dan pada saat sang bintang pelan-pelan mengarahkan Abe kembali kepada kehidupan lamanya yang membuat ia bahagia, sebuah rahasia besar menunggunya. Untuk kali pertama, Abe paham bahwa hidup tak semata mengejar hasil, namun juga untuk membangun jembatan menuju bintang-bintang. Bukan untuk diri sendiri, melainkan bagi anak-anak, pemilik masa depan bangsa ini.