Tidak selamanya derita dan sengsara dapat menyertai hidup seseorang, ada kalanya berubah, atau berganti dengan wujud lain. Karena hidup adalah seperti bunga, tidak selamanya kuncup dan redup. Kelak, suatu ketika akan tiba masa mekarnya, dan menabur aroma pada setiap orang di sekitarnya.
Demikian juga dengan kisah Abdullah dalam novel "Rajutan Takdir Tuhan! Di Masjid biru Turki Terajut Sebuah Harapan" karya Mundzir Abdullah. Kisah ini berawal dari rumah pengajian di kecamatan Lapang, Aceh Utara, menjadi guru ngaji dan da'i lokal. Kemudian, menjadi pedagang garam dari rumah ke rumah. Dengan hati yakin, tulus dan sabar, penjual keliling ini akhirnya sanggup menginjakkan kakinya di tanah haram bersama ibunya tercinta.
Di tanah suci, Abdullah bertemu dengan sahabat ayahnya, setelah berkenalan dan menceritakan latar belakangnya, langsung dia mengajak Abdullah mengunjungi Istambul Turkey . Di situlah sahabat ayahnya menyampaikan janji yang pernah diucapkan dulu bersama ayahnya. Janji untuk hidup berbesan, secara sepihak tanpa diketahui anaknya, Abdullah dinikahkan dengan Izzaty.
Sepulang dari Turki, Abdullah berangkat ke Jakarta untuk mencari istri tercinta. Dalam pencarian itu, Abdullah menempuh lika-liku yang cukup seru dan menegangkan. Bagaimanakah kelanjutan kisahnya, selamat membaca, mungkin dengan membaca novel tersebut banyak hikmah yang dapat anda petik. Karena Abdullah dalam perjuangannya ini berpegang kokoh pada tali yang tak pernah putus, tak pernah basah disiram hujan dan tak pernah hangus terbakar api.
Bermodal itulah, Abdullah meraih kejayaan, menjadi orang megah, tokoh kenamaan yang disanjung banyak orang. Kini, jiwa dan budinya mekar bagaikan "Seulanga" yang menebar harum ke seantero Nusantara. Silahkan membaca, mungkin juga anda akan muncul sebagai tokoh megah berikutnya setelah menyimak dan mengikuti jejak perjuangan Abdullah. Mekar setelah redup dan kuncup, itulah perjalanan hidup.
Selamat Membaca!
Senja menua tak lagi merona jingga. Meninggalkan jejak duka. Mengalirkan air mata.
Aku diam dalam pagutan luka.
Perihnya menelan semua tawa.
Sakitnya menikam semua kata tanpaMu.
Dan aku hilang arah..
kau.. Senja yang kurindukan..
-Senja Merindu-
Cover by: Ersart