INI NOVEL FIKSI YA YOROBUUN! JD KALO ADA YG NGGAK MASUK AKAL, EMANG CUMA FIKSI, GAK SESUAI SAMA KENYATAAN APALAGI AKAL MAKHLUK2 PALING RASIONAL SEDUNIA. MAKASII...
WARNING!!! Cerita ini banyak memuat kata-kata kasar dan perlakuan tidak baik dalam rumah tangga. Memuat pelakor dan sejenisnya juga. Bisa membuat emosi naik dan kejengahan dalam membaca.
Tahan sampai akhir, berani mulai harus berani mengakhiri. Dan kalian akan menemukan sebuah kejutan...
Biar bisa lanjoot sequelnya, hahay.
Kalo nggak kuat, boleh memaki tokohnya. 💕💕👌👌
***
Aku memang mencintainya, dalam diam. Dan aku mengaguminya, tanpa syarat. Namun bukan berarti aku tidak terluka saat ia memperlakukanku dengan buruk. Menjadikan aku sebagai tersangka terhadap suatu perbuatan yang tidak pernah aku lakukan.
***
"Apa salahku sehingga kamu begitu membenciku?"
-Calista
"Setiap melihat wajahnya, amarahku selalu membubung tinggi,"
-Ethan
Calista memang mencintai Ethan, entah sejak kapan rasa itu tumbuh. Namun bukan berarti ia berani menjebak pria itu di malam sebelum pernikahannya. Ketika Lita tidak memiliki siapapun untuk bersandar, tidak Ethan yang membencinya, tidak mamanya yang kecewa padanya, tidak jua papanya yang tengah sakit, Lita merasa dunia mengabaikannya. Kenapa Ethan tak langsung menceraikannya saja dan semua selesai? Bukannya malah kawin lari dengan kekasihnya.
Masalah ini bermula dari rasa iri Denara pada Raisa, sang kakak yang selalu sukses dalam hal apapun.
Raisa, si sulung yang pintar dalam bidang akademis, sukses di bisnisnya dan juga cantik di mata banyak pria. Perempuan duapuluh delapan tahun itu seperti tidak punya sisi buruk di hidupnya.
Berbeda dengan Denara yang sering dianggap bodoh, pemalas dan tidak secantik sang kakak.
Kelebihan yang Raisa punya selalu membuat Denara marah, terlebih papa dan mamanya senantiasa membanding-bandingkan.
Hal ini membuat gadis duapuluh lima tahun itu mencari cara agar bisa menandingi sang kakak, atau minimal mengambil sedikit keberuntungan yang seharusnya menjadi milik Raisa, termasuk perkara jodoh. Namun siapa sangka, langkah yang Dena ambil justru menjerumuskannya pada masalah.