Story cover for Jujur Yang Tak Terbalas by Delovan1312
Jujur Yang Tak Terbalas
  • WpView
    Reads 29
  • WpVote
    Votes 2
  • WpPart
    Parts 1
  • WpView
    Reads 29
  • WpVote
    Votes 2
  • WpPart
    Parts 1
Ongoing, First published Feb 06, 2019
Malam itu, aku pun termenung dalam diamnya malam yang menyelimuti seluruh tubuhku. Dan yang ku ingat hanya harapan yang tak kunjung datang dan beribu pertanyaan yang selalu kembali mengganjal.

Iya, memang memiliki bukan sekedar rasa yang tumbuh merasakan tapi juga harus kuat memilih menetapkan. Kadang tak sesuai ekspektasi tapi realita bicara bahwa itu yg terbaik adanya.

Jujur, bertahan dalam diam, selimut dalam cemburu, menginginkan dari salah satu, dan berharap untuk menjadi kalbu itu menyakitkan. Kenapa? hanya disini aku yang suka dengan menangisi tanpa kau harus mengerti, itulah hobby baruku.

Senja kadang berbicara, beristirahat lah. Dia pun bukan manusia sempurna yang segala sesuatu yang kau bicara dapat memahaminya.

Tapi yang kini ku tahu, kau bukan haluanku untuk berpaling. Tetapi menjadi penanda dari bahagia yang masih belumku punya. Menggapai yang tak pasti memang lelah, tapi mencari yang terbaik memang harus sabar dan tabah.

~Kim Andi~
All Rights Reserved
Table of contents
Sign up to add Jujur Yang Tak Terbalas to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
You're Here, But Not For Me by MyMiela
8 parts Ongoing
Katanya, tatapan bisa bohong. Tapi kenapa setiap kali mataku dan matanya bertemu, jantungku selalu membocorkan semuanya? Aku yang diam-diam menyimpan perasaan, dan dia... entah menyembunyikannya, atau memang belum menyadarinya. Kadang aku berharap dia gak lihat. Tapi kadang juga kecewa waktu dia beneran gak lihat. Lucu ya? Dan aku? Aku tetap di sini. Setiap kali aku melihatnya, aku hanya bisa menatap dari kejauhan, menyembunyikan perasaan yang tak pernah terucap. Aku takut, jika aku mengungkapkannya, semuanya akan berubah. Jadi, aku memilih diam, menikmati setiap momen kecil yang bisa aku curi bersamanya. Aku sering bertanya-tanya, apakah dia pernah merasakan hal yang sama? Namun, aku terlalu takut untuk mencari tahu jawabannya. Karena jika ternyata tidak, aku harus siap menerima kenyataan yang menyakitkan. Aku tahu, ini bukan cinta yang sehat. Tapi bagaimana aku bisa berhenti mencintainya, jika setiap detik aku hanya memikirkannya? Aku mencoba untuk menjauh, untuk melupakan perasaan ini. Namun, semakin aku mencoba, semakin aku terjebak dalam perasaan yang sama. Seolah-olah hatiku menolak untuk melepaskan. Aku membayangkan bagaimana rasanya jika dia tahu perasaanku. Apakah dia akan menjauh, atau justru mendekat? Namun, semua itu hanya ada dalam pikiranku. Aku menulis tentangnya, tentang perasaanku yang tak pernah sampai. Menulis menjadi pelarianku, satu-satunya cara untuk menyalurkan perasaan ini. Karena aku tahu, aku tak akan pernah bisa mengatakannya langsung padanya. Aku hanya bisa diam dan menahan semuanya sendiri. Tapi mungkin, inilah caraku mencintai. Dalam diam, tanpa harapan, tapi penuh ketulusan. Aku tahu, mencintai dalam diam adalah pilihan yang menyakitkan. Tapi aku juga tahu, ini adalah satu-satunya cara agar aku tetap bisa berada di dekatnya. Meskipun hanya sebagai teman, aku sudah cukup bahagia. Karena setidaknya, aku masih bisa melihat senyumnya setiap hari.
You may also like
Slide 1 of 9
Jejak Luka Di Bawah Langit Senja cover
SELEPAS KAU PERGI cover
Be Present and Stay cover
Hubungan dalam Kerumitan (End) cover
He Is My Husband (Selesai season 01) cover
Gairah Terlarang Karena Ceritamu cover
You're Here, But Not For Me cover
Rendra & Lila [END] cover
Perfect Love (Angkasa Kehidupan_Completed✔) cover

Jejak Luka Di Bawah Langit Senja

17 parts Ongoing

Aku pernah melangkah penuh percaya diri di kampus negeri, di mana mimpi-mimpi sederhana terasa seolah sudah ada di ujung tangan. Aku aktif, dikenal, dan percaya bahwa masa depan yang cerah hanyalah soal waktu. Tapi ketika ibu pergi, semuanya runtuh tanpa ampun. Sunyi menyelimuti rumah yang dulu penuh tawa, tabungan menguap seperti angin, dan Jati diri terhempas jauh melayang lalu sirna bersama rasa kecewa, Ayah terdiam dalam kebingungan, kehilangan arah yang dulu ia genggam erat. Aku yang muda, yang seharusnya berlari mengejar mimpi, terjerat oleh tanggung jawab yang terlalu berat untuk dipikul sendiri. Aku berhenti kuliah, bukan karena kehilangan semangat, tapi karena harus memilih, melanjutkan mimpi yang kian menjauh, atau bertahan untuk keluarga yang runtuh. Hari-hariku berlalu begitu saja, menampung lelah yang tak selalu terlihat, dan pertanyaan tanpa jawaban yang terus menghantui kenapa dunia ini tak selalu berpihak pada mereka yang berjuang paling keras? Aku merangkai kekuatan dari serpihan kehilangan, menenun harapan dari kegelapan yang pekat. Aku berdiri, walau rapuh, karena menyerah bukanlah bagian dari ceritaku. Perjalanan ini belum selesai, dan aku tahu, langkahku harus terus berlanjut, meski dunia kadang membelakangi dan meninggalkan.