Awalnya Amadda mengira, cowok bernama lengkap Alaric Kendra itu hanya satu dari banyaknya orang yang sempat singgah di hidupnya, tanpa tahu bahwa hati bekunya mulai meluluh karena cowok itu.
Perlu kalian tahu, bahwa sebelum akhirnya mereka mengalah akan garis Tuhan yang menakdirkan mereka untuk bersama, malam pernah terasa begitu lambat, senja begitu menyedihkan untuk dilihat, dan masing-masing hati mereka seolah tersayat.
Hanya karena satu permainan. Permainan dengan peraturan bodoh yang sanggup menarik mundur dua perasaan sekaligus. Hanya karena sebaris kalimat yang terlanjur diucapkan. Kalimat yang akhirnya disesali sang pengucap.
"Kalau lo terus terusan ngusik hidup gue, oke, mulai hari ini kita mainin permainan," saat itu, tatapan Alaric terasa menusuk, membunuh tanpa menyentuh. "Peraturannya cuma satu."
Alaric menyeringai. "Lo baper, lo kalah. Gue baper, lo jadi milik gue."