(TELAH TERBIT) Cek di Ig : @michel.erison Kekentalan darah saja tidak akan cukup membuat seseorang berarti dalam keluarganya sendiri. Egoisme bahkan mampu membuat jiwa orangtua merasa mati untuk mengakui kehadiran darah dagingnya. Claresya Zamy berupaya selama delapan belas tahun untuk tetap berdiri dengan rasa perih yang digoreskan orangtuanya, bahkan sang kakak kini ikut merobek goresan luka tersebut. Claresya Zamy terus bertahan hidup dengan tawaran persahabatan yang masih ada di kota ini. Dan kini ia merasa jiwanya takkan mati lagi ketika ia merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Abrisam Wijaya, seorang dokter tampan yang merupakan sahabat sang kakak. Tak peduli seberapa banyak luka yang juga didatangkan oleh Abrisam Wijaya dimulai dari sikap dinginnya dan kenyataan terpahit yaitu ada wanita lain yang siap mendampinginya. Namun, seorang Claresya Zamy tetap berusaha memperjuangkan cintanya. Ia merasa hidupnya mulai berwarna meskipun hanya menatap dan menerima penolakan berkali kali dari Abrisam Wijaya. Lalu bagaimana jika Abrisam Wijaya mengetahui status Claresya Zamy dikeluarganya? Akankah keadaan ini membuat Abrisam Wijaya dan Claresya Zamy semakin menyatu? Novel ini menunjukkan seberapa kuat cinta itu membuat jiwa yang mati hidup kembali, membuktikan siapa itu keluarga, mengajarkan bagaimana sebuah keyakinan membuat seseorang mampu bernafas dalam luka, menunjukkan arti perjuangan dan melawan rasa ketakutan meskipun kamu sendiri, karena kamu berhak bahagia!All Rights Reserved