Kehidupan terkesan mempermainkan. Apa yang diinginkan, terkadang tidak sejalan. Namun, yang tidak diharapkan selalu berdekatan. Apa dunia akan terus mempermainkannya seperti ini? Masih sangat banyak mimpi Keisya Ariana yang harus diwujudkan, meski bersinggungan banyak luka, dan ada duka. Berjuang mati-matian untuk bisa memenuhi ekspektasi orangtua, karena hanya dia harapan satu-satunya, setelah sang kakak gagal. Apakah Keisya sanggup mewujudkan itu semua? Belum lagi kisahnya dibumbui virus merah jambu yang merumitkan. Haruskah perasaannya dikorbankan, meski satu perasaan?