108 parts Ongoing "Kita udah 4 menit di sini. Dan lo nggak ngomong apa-apa?! Sebenarnya mau lo apa?!" Cowok berperawakan tinggi dengan siluet elang itu tak lagi dapat menahan amarahnya. Rahangnya mengeras, matanya menatap tajam gadis bodoh yang ada di depannya saat ini.
Sungguh demi apapun, dia tidak menyangka jika gadis yang notabennya siswi baru berani menarik tangannya dan membawa ke tengah lapangan. Kini mereka berdua bukan hanya menjadi bahan tontonan anak satu sekolah, namun juga perbincangan hangat bagaimana dengan lancang gadis itu menyentuhnya.
Gadis didepannya masih bergeming dan sibuk menenangkan gejolak yang ada di hatinya. Dia sangat malu. Terlebih tatapan cemooh yang secara terang-terangan dilontarkan para gadis yang mengagumi David. Huh, jangan sampai dia dijadikan tumbal setelah ini.
"Kak David!"
"Eh, gue nggak budek ya!"
"AKU SUKA SAMA KAKAK. AKU CINTA MATI SAMA KAKAK. AKU UDAH SUKA SAMA KAKAK SAAT KITA PERTAMA BERTEMU. KAK-KAKAK MA-MAU NGGAK JA-JADI PACAR AKU?"
"Lo tau, yang lo ucapin itu adalah kesalahan terbesar dalam hidup lo?!"
"Lo itu cewek, seharusnya lo punya malu, lo punya harga diri! Buat apa sih lo teriak-teriak ngungkapin perasaan lo ke gue di tengah lapangan kaya gini?! Urat malu lo udah putus?! Atau lo nggak punya malu?!"
**
Dania tidak pernah membayangkan jika nasibnya akan seperti ini. Dipertemukan dengan kakak kelas sinting yang telah menjerumuskan dirinya masuk kedalam lubang permasalahan yang sangat rumit. Jika saja dia tidak menerima tantangan bodoh itu, mungkin hidupnya akan lebih tenang.
Dia juga harus berurusan dengan David, kakak kelas yang telah menabraknya tanpa sengaja. Bukan Dania namanya jika tidak melakukan hal yang aneh. Dia menampar pipi David dan mempermalukannya di depan para sahabatnya. Dari situlah rasa benci David muncul. Berniat untuk balas dendam, David memanfaatkan situasi yang ada.
Namun sayangnya, semakin lama bukan rasa benci yang dia rasakan, melainkan cinta. Tetapi rasa sakit hatinya harus terbalaskan.