Bidadari bermata jeli. Pria dingin itu selalu mengingat jelas tatap mata berbinar hitam legam..laksana mata rusa itu dalam ingatan. Baiq Pram nama lelaki itu. Seorang seniman, suatu pagi yang teduh, seperti biasa ia bergegas hanya untuk mencari inspirasi ke kedai kopi langganannya. Seperti biasa ia pasti akan menuju ke meja favoritnya paling sudut, selasar yang agak terlindungi dari pepohonan teduh. Demi menghabiskan seteko kopi panas.Setumpuk kertas dan polpen akan menemaninya seharian untuk mencari inspirasi. Betapa terkejutnya dia, ketika tiba di meja favoritnya, setumpuk kertas dan laptop tertinggal di mejanya.
"iya iya ummi, Mira akan kasih kabar, bye mmuach assalamualaikum" wanita anggun berhijab biru itu seolah tak mempedulikannya. Seakan tak ingin menggangunya, Baiq duduk di selasar sebelahnya. Matanya tak berpindah dari gadis cantik berhijab bermata kelam dihadapannya. "Mas Baiq, duh" seorang pelayan, membuatnya terkejut.
"Eh , no seperti biasa..less sugar" "hmm, cemilan" "boleh" Tak lama berselang pesanannya datang.
"ssttt namanya Safina Elmira" bisik pelayan tadi sambil tersungging. Matanya seakan memgisyaratkan terima kasih tanpa bersuara, sedikit membuat pelayan tadi agak mengernyitkan alis. Tak lama kemudian hampir 20 menit Baiq memperhatikan lekat-lekat gadis itu, sesekali dia sibuk membuka bukunya, sesekali jarinya beradu dengan tuts huruf di laptopnya. Selang tak berapa lama ia berdiri merapikan perlengkapannya. Berlalu tak menghiraukan bila ada sepasang mata teduh dingin memperhatikannya.
"Hurrun 'In" gumamnya.
"Eh Mas Baiq" teriak si Eno.
"Bentar aku balik lagi".
"Hmmmhh" " kenapa Mas Baiq, udah pergi"
"siapa"
"oh si dia, kan aku udah bilang9 namanya".
"Kok aku jarang melihatnya" mereka berdua bercakap di meja kasir, Baiq mengeluarkan uang di saku bajunya.
"Noh, aba ajih punya anak" sahut Eno si pelayan sembari meletakkan uang kedalam tas kecilnya.
"Rumah gede sana itu" seakan tak yakin, dengan jawaban si Eno. "Iya"
Mulanya, maksud Miura Nara menerima pernyataan cinta berondong tengil yang terus mengganggunya, adalah untuk membuatnya kapok. Dia sudah menyiapkan 1001 tingkah menyebalkan yang akan ditunjukkan selama masa uji coba berpacaran. Dengan begitu, berondong menyebalkan berstatus pacar magang itu memilih pergi meninggalkannya.
Sialnya, ini tidak semudah yang Miura kira. Terlebih saat dia harus tinggal satu atap bersama pacar berondongnya dengan hormon belum stabil alias sangean.
Miura Nara dalam masalah baru yang lebih besar dari sekadar Askara Tarachandra Manggala.