Story cover for Kalbu  [END] by steffiyohana_
Kalbu [END]
  • WpView
    Reads 1,014
  • WpVote
    Votes 536
  • WpPart
    Parts 20
  • WpView
    Reads 1,014
  • WpVote
    Votes 536
  • WpPart
    Parts 20
Ongoing, First published Feb 27, 2019
Kalbu, perasaan batin.
Deretan kata yang tanpa sengaja sesekali singgah di dalam benak. Menjadi tamu yang tak ingin dijamu. Inginnya, hanya dituangkan dalam dimensi yang nyata, tatkala sulit dipahami selagi sang tamu masih berwujud abstrak. 
Bukan sesuatu yang penting, hanya beberapa tulisan singkat nan konyol yang hanya mampu membuat kamu yang (mungkin) akan membaca nya, tertawa renyah atau menganggap nya terlalu rendahan.
Sebelum menertawakan lebih dalam lagi, tolong beralih mencari tulisan yang jauh lebih hebat dibanding ini. 
Bongkahan demi bongkahan kata yang kian memenuhi benak ini, hanya ingin dileburkan saja, bukan untuk dicaci.
Barangkali, alam memang yang paling benar, tidak ada yang sempurna selain Sang Pencipta. Sebuah kewajaran jika kemampuanku hanya sebatas mata kaki saja, atau bahkan belum menyentuh jari kelingking sama sekali, kala milik orang lain sudah setinggi langit. 
Tapi, milikku ya milikku, milik mereka ya mereka, kurasa tak perlu membandingkan milikku dengan milik orang lain. Percaya bahwa segala hal di mulai dari titik awal, dan orang lain pun begitu. Maka, aku juga sedang memulai titik awalku. Entah apa yang akan jadi hasil akhirnya nanti. Jika bersedia, maukah kamu menjadi teman untuk menunggu dan melihat akhirnya bersama - sama denganku?

-SELAMAT MEMBACA
All Rights Reserved
Sign up to add Kalbu [END] to your library and receive updates
or
#59aboutus
Content Guidelines
You may also like
NOESIS  by Reisen_San
11 parts Ongoing
Setiap pagi dimulai dengan nada yang sama. Nada yang tidak asing, tapi juga tak pernah benar-benar diingat. Seperti dengung lembut yang tumbuh dari dinding, atau bisikan yang terlalu sopan untuk membangunkan siapa pun. Anak-anak terbangun perlahan. Mereka tahu kapan harus duduk, kapan harus tersenyum, dan kapan harus mengatakan "terima kasih" pada sesuatu yang tidak pernah mereka lihat. Langit tak pernah berubah. Lantai tak pernah berdebu. Hari-hari disusun rapi seperti barisan seprai yang terlipat. Tidak ada yang jatuh. Tidak ada yang hilang. Kecuali... sesuatu yang tidak pernah disebut. Di antara semua yang seragam, ada satu yang tidak persis cocok. Seorang anak perempuan yang terlalu tenang, terlalu sering diam di tengah keramaian, dan matanya-selalu mencari sesuatu yang tidak terlihat orang lain. Serene. Ia menulis hal-hal kecil di balik kertas tugas. Hal-hal yang tidak pernah diajarkan, dan tidak boleh ditanyakan. Ia mencatat kapan musik terasa sedikit lebih sendu, kapan suara langkah di lorong tidak cocok dengan jumlah kaki. Orang bilang Serene hanya anak yang suka berpikir. Anak yang tidak pernah nakal, tidak pernah melawan. Tapi mereka tidak tahu... diam itu kadang bukan berarti lupa, melainkan mengingat terlalu banyak. Dan pagi-pagi di tempat ini, yang seharusnya hangat dan tenang, perlahan mulai terdengar berbeda- bukan karena ada suara baru, tapi karena seseorang mulai benar-benar mendengarkan. [Update setiap Malam] *Aku butuh sebuah 🌟 agar mereka yang tak terlihat tidak mendekat *
You may also like
Slide 1 of 10
Badai, Kapan Berlalu? cover
Almost. cover
Traces in the Light  cover
Jauh. Esok Nanti atau Selamanya cover
SHETAN cover
Antara dosa dan Cinta Pertama cover
Jatuh Cinta Diam-Diam cover
NOESIS  cover
Rindu Dalam Diam cover
Erlangga cover

Badai, Kapan Berlalu?

9 parts Ongoing

Adalah cerita tentang seorang anak yang tak pernah benar-benar punya tempat untuk pulang. Sejak kecil ia belajar bahwa hidup tak selalu adil, dan kadang-bahkan sering-doa tak dijawab dalam waktu yang ia harapkan. Ia tumbuh di antara bentakan, kehilangan, dan sunyi yang menua di dadanya. Ia menyimpan ratusan tangis yang tak bisa ditumpahkan dan ribuan tanya yang tak berani ia ucapkan. Tapi gadis kecil itu tetap berdiri, meski angin terus memaksanya jatuh. Ia tetap berjalan, meski jalannya dipenuhi duri, meski tak ada tangan yang menggenggamnya erat. Ini bukan kisah bahagia. Tapi ini kisah tentang bertahan, tentang keberanian untuk tetap hidup meski dunia berkali-kali memintanya menyerah. Karena kadang, harapan tidak datang dalam bentuk pelangi. Kadang, harapan hanya berupa napas yang tetap ia hembuskan... meski hati sudah letih. *** Update setiap Sabtu & Minggu.