Kalbu, perasaan batin.
Deretan kata yang tanpa sengaja sesekali singgah di dalam benak. Menjadi tamu yang tak ingin dijamu. Inginnya, hanya dituangkan dalam dimensi yang nyata, tatkala sulit dipahami selagi sang tamu masih berwujud abstrak.
Bukan sesuatu yang penting, hanya beberapa tulisan singkat nan konyol yang hanya mampu membuat kamu yang (mungkin) akan membaca nya, tertawa renyah atau menganggap nya terlalu rendahan.
Sebelum menertawakan lebih dalam lagi, tolong beralih mencari tulisan yang jauh lebih hebat dibanding ini.
Bongkahan demi bongkahan kata yang kian memenuhi benak ini, hanya ingin dileburkan saja, bukan untuk dicaci.
Barangkali, alam memang yang paling benar, tidak ada yang sempurna selain Sang Pencipta. Sebuah kewajaran jika kemampuanku hanya sebatas mata kaki saja, atau bahkan belum menyentuh jari kelingking sama sekali, kala milik orang lain sudah setinggi langit.
Tapi, milikku ya milikku, milik mereka ya mereka, kurasa tak perlu membandingkan milikku dengan milik orang lain. Percaya bahwa segala hal di mulai dari titik awal, dan orang lain pun begitu. Maka, aku juga sedang memulai titik awalku. Entah apa yang akan jadi hasil akhirnya nanti. Jika bersedia, maukah kamu menjadi teman untuk menunggu dan melihat akhirnya bersama - sama denganku?
-SELAMAT MEMBACA
Kembali ke masa lalu melalui novel yang di baca karena mengisi waktu luang? Terdengar fiksi memang namun itu nyata dan di alami oleh pemeran utama kita