"Aliya, dengarkan aku dulu! Please, Valley....!" Davin berseru tertahan.
Aliya tertegun, langkahnya terhenti mendengar suara itu memanggilnya dengan panggilan yang hanya diberikan oleh orang-orang terkasihnya, bertahun-tahun lalu.
Haruskan ia luluh karena panggilan khusus Davin? Rasanya sudah lama sekali, sejak mama tercinta meninggalkannya, "Mama..."Aliya terisak, dadanya sesak, seandainya mama masih ada...
Davin merengkuh bahu yang naik turun karena isakannya, "Please, jangan pergi lagi, Aliya! Aku bisa jelaskan semuanya."
Prisha nyaris menghabiskan dua windu hidupnya untuk mencintai seorang saja pria. Terjabak friendzone sedari remaja, Prisha tidak pernah menyangka jika patah hatinya gara-gara Paradikta menikah dapat membuatnya hampir mati konyol. Dia baru saja bebas dari jerat derpresi saat melihat Paradikta justru kembali ke dalam hidupnya dengan aroma-aroma depresi yang sangat dia kenali.
"Kamu pikir, kematian bakal bawa kamu ke mana? Ketemu Saniya? Kamu yakin udah sesuci dia? Jangan ngimpi Radi!"
"Mimpi? Ngaca! Bukannya itu kamu? Menikahi saya itu mimpi kamu kan?"
Dan, Prisha tahu jika Paradikta yang dua windu lalu dia kenal saat ini sudah tidak lagi ada.