Imaji-imaji itu menghampiri. Awalnya satu, lalu beruntun seolah tak ada habis. Dari semua yang kurasa, dinginnya paling membekas. Sampai aku harus tergugu sendiri, menangis, dan nelangsa sendiri.
Imaji-imaji itu datang tanpa permisi, lalu pergi tanpa babibu dan salam pamit. Namun dari semua yang kuingat, sedih rasanya saat melepaskan satu persatu, setelah semua tertumpuk membukit. Tak patut disalahkan semua yang terlintas, karena imaji delusi halusinasi salah satu cara bahagia, asal tahu batasannya.
Imaji-imaji itu selalu seperti butiran salju.
© 2019 Perak Bulan
Isinya cerita-cerita pendek saja. Bisa juga absurd karena imajinasi ini dituangkan saat sesuatu secepat cahaya melintas; terkadang tanpa ruang, tanpa waktu, tanpa aku maupun kamu.
Selamat menikmati.All Rights Reserved