"Aku hanya ingin mati.",
Kata-kata omong kosong yang mudah untuk dikatakan, namun sulit untuk dilakukan. Itulah yang selalu terlintas di kepalanya setiap hari. Mungkin mati adalah jawaban yang tepat untuk menyelesaikan masalahnya, tapi bukankah itu terlalu berlebihan untuk seorang remaja biasa. Trauma yang selalu menemaninya, dalam sepi dan sunyi seorang diri dengan menghirup udara hanya dari ventilasi yang lubangnya tidak lebih dari 10cm. Sebuah ruangan yang ukurannya tidak lebih dari 4x2 m², terdapat seorang yang tidak berguna, sampah masyarakat. Dibuang oleh dunianya sendiri, dan memilih untuk membuat ulang dunianya sendiri. Hidup dalam kesempitan di dunia yang luas.
Cerita yang tidak terlalu menarik dan dibuat oleh seorang amatiran yang tergiur oleh kenikmatan dunia, namun ditolak. Selalu iri dan menginginkan yang lebih besar, seekor makhluk yang rakus akan kebahagiaan. Ini hanya pandangan dunia menurut penulis yang dibentuk sedemikan rupa menjadi sebuah cerita.
Ilustrasi : @avogado6
Elliot Jensen and Elliot Fintry have a lot in common. They share the same name, the same house, the same school, oh and they hate each other but, as they will quickly learn, there is a fine line between love and hate.