Allahummaghfir-lii wa tub' alayya, innaka antat tawwabur rahiim.
"Ya Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha penerima taubat lagi Maha penyayang."
[HR. Tirmidzi, no.619]
Blurb:
Keberangkatan Alan dari Kota Daeng menuju Kota Kembang ternyata tidak begitu mulus. Beberapa menit sebelum pesawatnya lepas landas, ia diperhadapkan dengan satu persoalan. Hingga membuatnya tidak bisa mengatur logika berpikir, emosi yang tak tertahankan di diri Alan membuat Fatimah menitikkan air mata di pintu keberangkatan.
Berawal dari peristiwa tersebut, Abdul Salam harap-harap cemas dengan tingkah anak sematawayangnya yang nyatanya belum juga berubah. Kekanak-kanakan, dan egoistis.
Sejatinya, berbagai nasihat telah Salam haturkan, selebihnya ia serahkan pada Allah yang tahu seperti apa nasib anaknya di tanah rantau kelak.
***
"Namanya Iliyas Abrisam. Dia suami kamu sekarang."
"Mama bercanda?! Kapan Diba nikahnya?!"
***
Adiba Larasati itu cewek nolep. Kerjaannya hanya mengurung diri dalam kamar dan mengurus naskah-naskah yang menumpuk. Orang tuanya sudah misuh-misuh menyuruhnya untuk segera menikah. Tapi, bagi Adiba, menikah tidak sepenting menyelesaikan deadline-nya.
Sampai suatu hari, ketika mama dan papanya pulang dari kondangan pernikahan kerabat jauh mereka, Adiba syok mendapati seseorang yang mengekor di belakang mereka. Dunia Adiba seketika jungkir balik kala mamanya bilang dia adalah oleh-oleh untuk Adiba.