Risalah Rona Merah

Hidupnya sudah telanjur kelam. Bapaknya seorang pemabuk dan penjudi. Sejak kecil dia tidak mengenal agama, kasih sayang, dan rasa peduli pada sesama. Ibunya meninggal saat berusaha melahirkannya. Dengan adanya pepatah bahwa buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya, dia mengikuti jejak sang bapak. Dia adalah pembuat onar, tetapi perasaan yang sesungguhnya juga tak kalah berantakan. Dia terluka. Dia merasa kesepian.
Seakan tak ada harapan untuk menjadi manusia yang baik. Umar mengikuti takdirnya dengan pasrah. Namun, sebuah surat datang secara terus menerus padanya. Awalnya, memaksa dia untuk menyepakati sebuah perjanjian. Setelah itu, dia secara suka rela berjalan melintasi jalan suram menuju surau dekat rumah. Segalanya berjalan lancar, dengan ilmu, persahabatan, dan juga cinta. Hingga suatu ketika, dia tidak ingin menemui bapaknya lagi. Dia telah berusaha, tetapi semua itu tidak ada arti saat sang bapak hanya duduk, diam, dan menepi.