Uhibbuka Fillaah
  • Reads 102,552
  • Votes 4,231
  • Parts 47
  • Reads 102,552
  • Votes 4,231
  • Parts 47
Ongoing, First published Mar 12, 2019
Sohwa Mutamima, seorang santri di salah satu pondok pesantren di Jakarta, dia memutuskan untuk lanjut kuliah pesantren dengan alasan ingin menguasai ilmu hukum negara sekaligus ilmu hukum agama.
dia anak yang ramah, pastinya sopan santun dan ber etika, dia pun sosok wanita yg bijaksana. sudah 1 tahun lamanya dia berada di pesantren, sampai di percayai untuk mengajar les tartil al-qur'an, karna bakat nya dalam mengaji.
________
Muhammad Saaih, seorang santri baru di pondok pesantren yg sama, dan berbeda dgn Sohwa, Saaih adalah anak pergaulan yg cukup bebas.. orang tua nya pun memutuskan agar Saaih melanjutkan Kuliah di pesantren, dgn harap agar Saaih bisa berubah Sikap dan cara berfikirnya.
walau begitu, Saaih tidak pernah bermain wanita, dia tidak pernah mencintai wanita dgn tulus, dia hanya mendekati wanita2 untuk dijadikan bahan taruhan nya dgn teman2 nya di sekolah.
All Rights Reserved
Table of contents
Sign up to add Uhibbuka Fillaah to your library and receive updates
or
#16genhalilintar
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Dosa Ku cover
Rafa  cover
Kesayangan Bunda cover
Kisah Tak Sempurna cover
𝐒oerabaja, 1730 cover
He Fell First and She Never Fell? cover
Little Dumplings cover
The Qonsequences cover
Ziel Alexander Dominic [PDF]✔️ cover
After Graduation cover

Dosa Ku

69 parts Ongoing

Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput. "Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah. "Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin. 'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.