Satu-satunya alasan Elly bertahan hidup adalah rasa penasaran dengan rahasia yang disimpan kakaknya selama bertahun-tahun. Kini, semua rahasia itu terbongkar sudah. Menurutnya, tidak ada lagi alasan kenapa ia harus bertahan hidup. Tapi ternyata anggapannya itu salah. Kini ia bertahan hidup untuk mempertahankan kewarasan William. ~~~ Pria itu mendekat dengan penuh keyakinan. Senyum manis masih melekat di wajah tampannya. Namun matanya bersorot tajam membuat ciut keberanian matenya. Tidak ada yang bisa menebak jalan pikir William saat ini. "Aku rela mati untukmu, sayang," bisiknya ditelinga wanita yang teramat ia cintai itu. Jemari besarnya mengelus pipi mulus Elly dengan lembut seakan jika dikasari sedikit saja akan rusak berkeping-keping. "Jika kau benar-benar ingin pergi, baiklah." senyum William memudar. tiba-tiba ia mendorong tubuh Elly secara kasar ke dinding. Matanya merah pertanda amarah menguasai tubuh dan akal sehatnya. "Lebih baik kau, mati. Tidak ada yang boleh memilikimu selain aku. Kau Milikku."