Hannan

Hannan. Remaja yang seharusnya masih bebas bergaul dan melakukan semua aktipitas di usia belianya yang baru mengijak 18-tahun harus terpaksa menerima lamaran Bahran.

Laki laki beristri dua dengan kematangan usia yang sudah mencapai 50-tahun. Hidup dengan bergelimpangan harta dan tinggal di rumah luas berhektar satu atap dengan kedua istri dan ke tiga anaknya.

Tidak ada perbedaan diantara istri pertama dan kedua. semua pasilitas dan keuangan terbagi rata termasuk pada anak-anaknya. Terkecuali pada Fadlan. Laki-laki berusia 28-tahun anak hasil dari istri pertama yang sudah menikah.

Dia hanya berkerja di perusahaan miliknya tanpa dapat jatah harian atau pun bulanan lagi.

"Kamu seperti bunga Mawar, Hannan." perkataannya membuat Hannan terperangah. Namun dengan cepat di balas seulas senyum miliknya.

"Iah. Kamu Mawar. Cantik, wangi, indah, dan sempurna. Namun .... Namun kamu terlalu bersembunyi di balik duri-duri yang bisa membuat luka siapa pun yang akan menyentuh hidup kamu. Dan kini aku merasakannya."

Hidup itu tidak akan bisa di lihat atau di tebak hanya dengan cara kita memandangnya saja. Hidup akan terasa dan akan kita ketahui setelah kita memutuskan mencoba menjalaninya dan melewatinya.

Karna kehidupan bukanlah matahari yang bisa hanya kita lihat dari bukit. Namun sesuatu yang ketika kita berjalan di tengah tengah gurun pasir dengan terik matahari sendiri.