[Dalam bahasa latin Orsen berarti anak beruang. Jika difilosofikan beruang adalah hewan yang memiliki kepedulian, kehangatan, dan keberanian.]
Namanya Orsen. Pemilik netra seterang cahaya rembulan, setenang air laut.
Orsen, ingat saat kamu mengajak aku untuk menjalin hubungan sebelum kamu pindah ke Kanada? Saat itu aku merasa jadi perempuan paling beruntung bisa milikin kamu.
Saat kali pertama kamu pulang ke Indonesia, kamu mengajak aku sebuah sekolah yang kamu buat khusus untuk anak yang kurang mampu. Daur Ulang Harapan namanya, aku bahkan gak ngerti kenapa kamu bisa memikirkan nama itu.
Orsen, sampai sekarang aku bahkan masih bingung. Apa tujuan kamu selama ini melakukan ini semua?
Dan satu ketika aku paham. Rahasia terbesar kamu melakukan ini semua. Sen, jika aku tahu ini jauh sebelum kamu pergi, maukah kamu untuk berhenti? Aku tidak perlu punya banyak orang untuk menyayangi aku, cukup kamu hadir di setiap perjalanan hidup aku pun sudah sangat cukup.
Namun, kini kamu sudah pergi. Meninggalkan lara yang tak kunjung pergi. Namamu kini hanya tinggallah serangkaian makna untuk dikenang, jiwamu kini abadi dalam ingatan orang-orang terkasihmu. Selamat jalan, Orsen. Aku mencintaimu.
Menikah dengan ayahnya sendiri?
Jika ada keluarga yang paling gila, itu adalah keluarga Anathama, keluarga dengan peraturan dan tradisi tak masuk akal, harus menikah dengan yang sedarah, yang sayangnya dianggap normal bagi Anathama.
Cinta bukan pilihan, tapi takdir yang harus diterima. Dalam tradisi kelam ini, seorang cucu harus memilih antara melawan takdir atau terjerat dalam permainan keluarga yang mematikan.
Selayaknya permainan dadu, setiap putaran yang acak seakan memiliki pilihan yang sama, yang tanpa sadar merenggut kebebasan Samantha, yang dipaksa menikah dengan ayah kandungnya.
Anathama tak pernah sudi jika darahnya ditoreh darah dari keluarga lain, sekalipun keluarga itu bangsawan kelas atas.
Apakah Anathama bisa dihancurkan?
Apakah tradisi gila yang turun temurun itu bisa dilengserkan?