"Za, lo tahu, semesta itu ajaib. Sejauh apapun lo sama gue dipisahkan Tuhan, jika masih berada dalam benang takdir yang sama, kita pasti ketemu lagi, contohnya sekarang." Aku hanya tersenyum. "Za, lo tahu, semua orang punya klimaks dan antiklimaks dalam hidupnya masing-masing. Mungkin klimaks lo dan gue adalah saat kita bener-bener jauh dengan luka masing-masing, tanpa komunikasi sama sekali, sementara hati kita bertolak belakang dengan kenyataan itu," Lagi-lagi aku tersenyum. Mengingat permainan waktu ke belakang memporak-porandakan hati, perasaan, dan pikiran. Meruntuhkan semua harapan-harapanku pada Tuhan yang tersusun begitu rapi. Sejatinya kini, Tuhan membantuku membangun angan dan mimpi itu kembali. Bersama orang yang sangat aku cintai.