Masa remaja, masa dimana semua terasa seperti drama. Saat diri ini merasa menjadi pemeran utama, sehingga lupa segalanya. Sutradara hidup yang kadang terlupa. Merasa menjadi pemeran utama inilah yang membuat Hilda menjadi manusia paling bahagia sekaligus merana.
Kisah di masa putih abu-abu, yang semuanya terasa ambigu. Saat rasanya masih labil menyelimuti, tak bisa bedakan mana baik atau buruk, takbisa kendalikan emosi serta masih mudah dipengaruhi suasana dan perasaan. Masa dimana sahabat sejati saling bertemu, masa dimana sebagian orang mengawali cinta pertamanya.
Cinta pertama selalu menorehkan jejak dalam kalbu. Seperti halnya Hilda yang begitu bahagia karena menemukan sosok yang selama ini dicarinya. Dia, cowok yang membuatnya serasa melayang ke angkasa. Sosok yang tak pernah ia lupakan sepanjang hidupnya. Tanpa ia sadar bahwa sesungguhnya ada sosok lain yang begitu menantinya, dan tak pernah ia perdulikan.
Btw ini adalah cerita yang aku buat saat SMA dulu, jadi kalau bahasannya banyak yang norak atau gimana maaf yaa. Semoga tidak memboringkan juga :)
#3 in patah-hati
pemuda manipulatif yang bertransmigrasi jiwa ketubuh remaja berandalan yang dibenci orang-orang.
BUKAN BL! Full revisi beberapa alur dan karakter terubah, disarankan membaca ulang.