Afirah disudutkan oleh dua pilihan, tetap bertahan dengan masa lalunya atau menikah dengan Gusnya sendiri saat di pesantren. Tetapi, Ayahnya menyuruh ia untuk menikah dengan Gusnya itu. Afirah semakin di beratkan oleh Ayahnya, jika ia menolak, ia tak mau membantah orang tuanya. Namun, ia berhak atas pilihannya sendiri. Perang bathin antara otak dan hatinya selalu berkoar. Antara patuh pada orang tuanya atau tetap bertahan pada egonya.