Sampai disuatu hari ada yang bertanya kepada saya, "Apa arti kebahagiaan menurutmu, wahai anakku?" Bukan. Ia bukan seorang ayah, melainkan pria baik yang suka melucu. Semenjak bertemu dengannya, saya mulai mengetahui sesuatu. Dunia miliknya telah membuat saya jatuh cinta. Saya ingin memiliki dunianya, hingga dunianya bercampur dengan dunia milik saya. Tapi saya tahu diri. Bisa jadi saya bukan perempuan yang ia cari. "Kita disini saja. Bersama suara-suara manusia serta angin yang menyentuh tubuh kita menjelang senja," serunya. "mulai lagi kan puitisnya." "Ndak apa-apa kan? Jarang-jarang saya puitis didepan orangnya langsung. Biasanya hanya saya tulis." "Kamu itu udah lucu, puitis juga. Perempuan dibuat bingung nanti sama kamu." "Termasuk kamu?" "enggaklah, saya pengecualian." "Kamu sadar gak sih, perempuan seperti kamu itu sangat sulit buat didekati lelaki." "Buktinya kamu bisa." "Itulah pertanyaan saya. Kenapa bisa?" "Udahlah, jangan banyak guyon. Nanti saya semakin terlihat oon. Jangan tanya kenapa. Nanti kalau sesuatu terjadi sama hati saya, saya repot." "Haha, giliran kamu nih yang bercanda." "Balik si, udah malem nih. Saya ngantuk."