Sudah sejak lama aku jatuh cinta pada cinta. Jangan tanya kapan tepatnya. Aku sendiri tidak tahu. Tapi, aku yakin perasaan yang berhasil mencuri seluruh hal milikku dan dengan suka rela aku serahkan itu adalah cinta. Cara cinta bekerja, sungguh menyenangkan. Aku tak mampu dan tak mungkin menolak cara cinta mengenalkan dirinya padaku. Hangat di seluruh tubuh, merdu di pendengaran, dan lembut di mulut. Ah, satu lagi: indah di jiwa dan raga. Emosi menjadi campur tapi padu rasanya. Seperti terjun bebas dari ketinggian yang punya waktu sangat lama menyentuh daratan tanpa ketakutan. Lalu, segala kekuatan merelakan dirinya masuk ke dalam tubuhku dan membuatku punya daya, punya waktu, untuk menikmati segala momen berada di udara. Sesekali kubayangkan bahwa aku adalah dua hal yang mengagumkan ketika bersatu dengan cinta. Mampu melesat ke angkasa seperti roket udara yang dirakit orang-orang jenius. Ketika aku merasakan kehadiran cinta, tidak ada lagi perasaan yang kubanggakan selain mampu menampung segala yang ada di muka bumi. Semesta seolah-olah mampu kulumat dan kupeluk bersama cinta. Tak perlu jauh-jauh, barangkali, katakanlah seluruh hal sederhana yang melekat di diriku seolah jadi cermin bagi dunia kecilku yang bergelora dan tak mudah dimusnahkan. Buku-buku yang kubaca, lagu-lagu yang kudengarkan, puisi-puisi yang berkeliaran di linimasa, kuanggap nyawa-nyawa cinta yang bersenyawa denganku. Katakan hujan turun dengan lebat, petir menyambar, atau badai raksasa yang datang itu, selalu kurasa sedang dengan sengaja mewakili kehidupanku yang tumbuh karena dan untuk cinta. Gita, izinkan aku bercerita tentang warna-warna itu. Seperti katamu, selain cinta, bukankah cerita adalah juga keajaiban Tuhan? Itu mengapa sampai detik ini, orang-orang terus bercerita lewat apa pun. Lisan, tulisan, rupa, bahkan tak sedikit melalui diam. Tapi, Gita, aku tidak mau diam saja. Aku ingin bercerita lewat dunia yang paling kamu suka. Ah, yang paling kita suka: nirmana itu.
1 part