Amanda Rafania, dengan segala kemanja'annya yang sudah diberi sejak kecil menjadi candu baginya, ia begitu manja meski sedang dibodohi, ia benar-benar manja hingga ia selalu menerima apa yang diberi tanpa tahu bahwa itu semua hanya mengarah pada satu titik, sangkar.
Seperti burung dara, terus menerus mengikuti biji jagung yang tercecer tanpa tahu ceceran itu mengarah pada sangkar. Hingga suatu saat ia melihat se'ekor semut, semut yang dapat berdiri sendiri. Perlahan dara ingin menjadi semut tersebut, agar tak takut lagi ketika tak ada yang memanjakannya nanti.
Dia ingin berdiri sendiri, mengepakkan sayap lalu terbang kesana-kemari, mengelilingi antariksa, menjelajahi samudera, hingga ia berhenti pada satu titik, kali ini bukan sangkar, ia berdiri pada titik yang tepat, yaitu kebebasan.
Lantas siapakah semut tersebut ? kebebasan apakah yang ada pada titik akhir Amanda Rafania tersebut? Yang bisa menjawab dan jawabannya tepat, berarti ia tak salah, tak pernah salah memahami apa yang kutulis ini, Terimakasih.
Happy Reading
*kalo bisa kurangi komen "Ahsyiapp, Ahsiapp, Asyiap, Asiappp, Uh She Up"
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan