Riuh tawa rengkuh sunyi, demi tutupi luka abadi. Dungu senyumnya setia terpatri pada parasnya meski lebam warnai luka. Jatuh luruh entah ke berapa. Dipermainkan lagi oleh semesta. Menulis sudah seperti obat untuknya. Inginnya teramat sederhana, hingga terkesan fana, bahkan tak menghabiskan tenaga ataupun rupiah yang tak sempat menggunung di tabungan mereka. Apa? Hanya duduk bersama walaupun tanpa kata. Sejenak melepas topeng formalitas yang mengekang sanubari dan raga. Mencabik segala asa yang pernah ditata dengan apiknya. Jua sebuah pengakuan sederhana bahwa ia ada? Dua hal yang begitu setia menjadi pendamping, ialah tawa dan air mata. Hari ini bisa saja mereka. Esok bisa kamu atau saya. Hidup di bumi yang sama, bukannya tetap punya peluang yang sama? Ranking story Pernah: #1 diksi #3 overthinking #6 awan #2 puisi Maaf kalau ceritanya alay, ke depannya akan lebih alay lagi🙏🏻