(On going)
Naira melirik ke arah pintu cafe yang baru saja di buka. Itu Adam, laki laki yang ia tunggu. Adam melangkah ke arahnya, ia segera duduk dan memesan minuman kesukaanya. Kopi pahit.
"Aku bakal pindah ke Bandung besok. Maaf, aku nggak bisa nemenin kamu di saat kamu lagi gini. Kamu boleh berhenti menyukaiku, Nai. Kamu akan berhenti saat aku bilang untuk berhenti, kan? Sekarang kamu boleh berhenti. Kamu harus bangun duluan, Nai. Pertahanin harga diri kamu."
Nafas Naira tercekat, ia tak bisa bernafas. Ini terlalu menyakitkan, lebih sakit saat ia tau bahwa ia tidak di lulus di UI beberapa hari yang lalu, sedangkan teman temannya lulus.
"Bener kata Raja. Kesannya aku seperti mainin kamu selama hampir 3 tahun ini. Kamu juga nggak ke terima di UI gara gara sibuk ngejar aku, padahal aku tau kamu pengen banget masuk situ. Sekarang kamu punya waktu luang, buat mikirin apa sih yang kamu cari selama ini. Jangan mikirin apa yang kamu butuhin, karena kalau itu yang kamu pikirin, kamu bakal nemu aku di jawabannya. Kamu boleh bangkit duluan, Nai. Kali ini, kamu harus bertahanin harga diri kamu sebagai wanita." ucap Adam.
Naira meminum air yang ada di depannya, lalu segera pergi dari hadapan Adam. Ya, Adam benar, ini saatnya Naira memikirkan apa yang ia cari selama ini.