Pemuda itu, menghampiri Anye yang duduk sendirian di salah satu sudut café, tanpa bertanya pemuda itu duduk dihadapan Anye yang masih terpaku melihat hujan turun lewat jendela. "Pas banget ya Mbak, hujannya turun waktu Mbak lagi patah hati." Kalimat itu, siapa sangka kalimat menyebalkan itu menjadi awal mula sebuah percakapan yang mampu membuat Anye lupa kalau beberapa menit yang lalu ia baru saja putus dengan kekasihnya. Setiap kalimat yang dilontarkan pemuda itu mampu menghanyutkan perasaan Anye, setiap cerita yang ia sampaikan mampu membawa Anye seolah masuk kedalam dunia asing pemuda dihadapannya. Dalam kurun waktu dua jam, Anye hampir jatuh cinta padanya. ... Tuhan memang masih menyayanginya, esok hari setelah pertemuan di café itu Anye tahu kalau semua cerita dari pemuda kemarin hanya kebohongan belaka. Anye ingin mengutuk dirinya yang tidak bisa tidur semalaman hanya karena memikirkan wajah pemuda itu. Anye bersumpah tidak akan pernah percaya pada pria lagi. Tapi... Manusia memang hanya bisa berencana. Tuhan telah lebih dulu menciptakan garis takdir yang mau tidak mau akan menuntun setiap manusia menjalaninya, dan dari semua garis takdir yang Tuhan ciptakan untuk dirinya, Anye paling tidak bisa menerima satu kenyataan ini. Kenyataan bahwa dirinya benar-benar jatuh hati pada seorang pemuda yang telah membohonginya. Bagaimana bisa ia bertahan pada hubungan mereka sedangkan ia sendiri tidak yakin apakah ungkapan cinta pemuda itu bukan sebuah kebohongan? Kupersembahkan cerita ini untukmu yang sedang berjuang mempertahankan sebuah hubungan, untukmu yang sedang berusaha untuk tetap mempercayai seseorang, juga untukmu yang ingin lebih mencintai dirimu sendiri... Bandung, 19 April 2019.
4 parts