Bagi Nadira,
Dia hanyalah lelaki yang suka duduk di bangku pojok paling belakang, dia jarang berinteraksi dengan orang lain, tidak suka diganggu, tidak peduli dengan orang lain, dan selalu saja memasang wajah datarnya.
Kemudian,
Waktu menunjukkan lelaki itu, si introvert dengan bermacam kecerdasan di otaknya.
Hitungan matematika menjadi keahlian di luar kepala,
Menghafal jangka panjang itu hal kecil baginya,
Materi yang sulit bagi pelajar SMA, tentu sangat mudah baginya.
Dia mampu mencari uang dengan modal kepandaian dan hobinya.
Hanya saja,
Kata-kata sangat menusuk begitu mudah keluar dari mulutnya. Sikapnya absurd, iya, konyol tidak bisa dijelaskan.
Lantas,
Siapa sebenarnya dia? Apa yang ada dibalik sikapnya? Apakah dia bisa jatuh cinta? Apa yang terjadi hingga Nadira menjulukinya dengan sebutan XX?