Tarian lembut sang tinta merah

Dengan suara jelas suara debaman melintas ke ujung pendengaranku, manakala buku tebal harianku beserta handbook of japanese of univercities ( buku paduan universitas2 jepang) dalam dekapanku mendadak jatuh keatas lantai pijakanku.
Aku cukup terkejut bukan main sehingga membuatku tercengang didepan kamar ruang rawat inap. Ketika mendengar percakapan antara kakak permpuanku, Ghea dengan rekan kerjanya di belle balerina cristy. Dari balik celah pintu itu aku melihat kakak tengah merintih perih. Bukan kemalangan menjadi korban tabrak lari, air mata itu merintih. Tetapi derai kesedihan itu menghimpit lantaran ia mengalami patah tulang kaki akut yang akan membuatnya harus kehilangan kaki kiri akibat kejadian naas tersebut.
"Kenapa tuhan harus mengambil bagian terpenting dalam hidupku ini? Aku merasa telah kehilangan duniaku"
"Kamu bukan perempuan selemah ini ! Kamu tidak kehilangan semuanya. Ingatlah kamu masih memiliki banyak hal, adik,teman dan anak-anak asuhmu di belle balerina"
"Setelah kehilangan orangtuaku kenapa aku harus kehilangan kaki kiriku?apa yang bisa dilakukan seorang balerina dengan satu kaki?selamaini aku membiayai adik satu-satunya dengan menjadi pelatih balet, tapi sekarang aku tak bisa melakukan apapun lagi untuk adikku. Rasanya sangat menyedihkan"
"Aku akan mengusahakan kaki pengganti untukmu ghe, kita merintis balerina bersama-sama, selama sekolah balet yang kita dirikan itu masih kokoh, percayalah, belle balerina akan tetap menopang perekonomian keluarga kecilmu ini."
Ghea semakin tersedu dipelukan sahabat terbaiknya, sungguh suara kepedihannya terasa kekal di telingannya.
Buru-buru kedua kelopak mataku mengatup menyudahi bayang itu,menetaskan peluh hangat disudut korneaku dan membiarkannya luruh membasahi lembar-lembar kertas dibawah pandanganku.