"Ketika bibir bungkam seribu kata. Hanya jari yang mampu mengungkapkan semua rasa." Aku menuangkan semuanya. Tentang hati dan rasa yang pernah kau tinggal hingga ia mati secara perlahan. Goresan aksara membuatku berani mengungkapkan segalanya. Menuangkan cerita yang dulu pernah kau abaikan begitu saja, karena aku tahu ... kau takkan ingin mendengar kisahku. Untuk itu, aku menulis baris kata ini untukmu. Sebagian dari mereka adalah rasa yang tak sempat kuungkap. Sisanya hanya kepingan kecil yang sempat kau tinggal tanpa bertanya bagaimana keadaanku setelah kepergianmu. Aku rapuh Namun, masih sanggup hidup bersama kenangan yang kau ukir pada kepingan terkhir yang kau hancurkan dariku. Ini untukmu. Tentang hati yang mati setelah kau pergi. Luna Clarish