Kematian ibunya, berakhirnya hubungan dengan cara yang memalukan, dan kaburnya sosok bapak dari kehidupannya menciptakan goncangan batin di kehidupan seorang gadis manis.
Gerarda Iswara.
Badai yang berhembus di akhir masa remajanya mampu ia redam. Ia menepis seluruhnya. Hanya saja badai itu membuatnya menjadi dingin, keras, dan hatinya tak mampu tertembus apapun. Hatinya beku. Tatapannya yang selalu memancarkan cinta hanyalah bentuk perlindungan untuk dirinya sendiri.
Memiliki sahabat dengan depresi berat mengharuskan Arda selalu sigap. Ia di tuntut mampu mengatasi serangan-serangan dari ingatan menyakitkan sahabatnya itu. Ia harus selalu baik-baik saja, untuk mampu meyakinkan sahabatnya. Agar sahabatnya bertahan.
Suasana hati palsu. Senyum dan tawa yang dibuat terpaksa. Sempurna dihasilkan Arda, dan hampir terlihat nyata.
Sampai seorang pria datang.
Stevanus Wafda.
Pertemuan mereka dikemas dalam skenario yang tak terduga oleh takdir.
Wafda mencoba menyembuhkan luka Arda. Perlahan. Menciptakan tawa, membawa kehangatan, dan melindunginya.
Akankah Wafda berhasil menghadirkan hangat cinta di kehidupan Arda? Bisakah Arda membuka hati dan mebiarkan Wafda masuk?
Dan, apakah Arda mampu membasuh luka memborok di batin Wafda yang hampir tak kasat rasa?
"Ini abang pijet ya, awalnya agak sakit tapi lama-lama juga enakan."
Perlahan Alan memijat kaki adiknya itu. Kulitnya yang halus licin itu terasa luar biasa di telapak tangan Alan.
"Ahh sakit, ouhhh pelan pelan abangg."