Di depan kertas berisi soal-soal itu, ada setetes air yang kutau asalnya. Entah, soalnya yang terlalu sulit atau karena luka semalam kembali menganga.
Ku akui kau memang paling bisa menjatuhkan mood ku sampai ke dasar. Sejak semalam, mata yg pernah kau pandangi dengan penuh cinta, tak henti2nya banjir linangan. Bagaimana tidak, hal yang sama sekali tak pernah ku ingini, seketika jadi inginmu. Perpisahan sebab kau akan menikah dengan wanita lain, wanita pilihan keluargamu.
60 menit berlalu, untungnya soal dihadapanku selesai ku kerjakan tepat waktu. Setelah lembar jawaban ku setor, kakiku yang dari tadi pagi berat melangkah, kembali ku paksakan untuk maju.
Hari ini jadwalku untuk mengecek kelengkapan izin penelitianku di rumah sakit dekat kampus. Ku kira, mataku akan 'sedikit' malu membanjiri lobby tunggu rumah sakit. Nyatanya, ia tetap mengalir deras. Dengan mulut yang kurapatkan serapat-rapatnya agar suara isakan tangisku tak terdengar meski hidung yang sudah basah tak bisa membohongi orang disekitarku meski sudah berkali-kali ku sapuh dengan masker yang ku kenakan (jorok kebangetan).
Drama dilobby tunggu berakhir setelah urusan izin penelitian kelar. Kembali ku arahkan kakiku maju melangkah. Tujuanku selanjutnya adalah pulang ke rumah, sudah sesak ingin meluapkan yang sedari tadi terbendung. Namun, langkahku terhenti di sebuah halte, dengan niat ingin istrahat. Ahhh. Kenangan kadang mampir tak tau situasi. Yang benar saja, saya yang tengah duduk dihalte seakan menyaksikan reka adegan ulang seorang gadis dengan sekantong belanjaan ditangannya dijemput oleh lelaki bermotor besar.
(Ceritanya sampai situ saja, takut tempatku sekarang mengetik banjir lagi) seketika halte itu terasa pengap padahal disekitarnya pohon begitu rimbun dibelai angin.
Kembali ku langkahkan kaki untuk pulang. Kau tahu, setelah pintu terbuka seketika tubuhku jatuh tersungkur, terisak sejadi-jadinya. Iya, sesak sekali memasang wajah baik-baik saja didepan banyak orang.
Mulanya, maksud Miura Nara menerima pernyataan cinta berondong tengil yang terus mengganggunya, adalah untuk membuatnya kapok. Dia sudah menyiapkan 1001 tingkah menyebalkan yang akan ditunjukkan selama masa uji coba berpacaran. Dengan begitu, berondong menyebalkan berstatus pacar magang itu memilih pergi meninggalkannya.
Sialnya, ini tidak semudah yang Miura kira. Terlebih saat dia harus tinggal satu atap bersama pacar berondongnya dengan hormon belum stabil alias sangean.
Miura Nara dalam masalah baru yang lebih besar dari sekadar Askara Tarachandra Manggala.