Kisah cinta Maira yang belum bermula itu harus kandas setelah ia mengetahui sahabatnya menikah dengan pria pujaannya. Walau bagitu nyatanya Maira tetap saja menjalani persahabatanya bersama Shasa. Sedangkan Hanif tak dapat melakukan apapun, selain menikahi Shasa wanita yang menyatakan cinta padanya ketika Hanif hampir saja menyatakan cintanya kepada Maira. Tak putus harapan, walau nyatanya Hanif adalah cinta pertama Maira, begitu tulus untuk melupakan sosok pria berpeci putih itu. Pernikahannya dengan Naufal, teman satu kelas Madin di Pondoknya dulu telah direncanakan oleh Abinya dan kakaknya. Mudhofar tak tega melihat putrinya terus bersedih kehilangan semangat hidupnya, Hanif. Karena Haniflah orang yang dapat merubah Maira jauh lebih baik dari sebelumnya. Maira hanya butuh seseorang yang mencintainya tulus, tak pandang keturunan, ketampanan, intelektual tanpa akhlaq pun sama saja. Maira hanya ingi seorang pria yang dapat mengatahui bahasa matanya.
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.