Kutukan Anak Beasiswa
  • Reads 65
  • Votes 2
  • Parts 8
  • Reads 65
  • Votes 2
  • Parts 8
Ongoing, First published May 03, 2019
"Sin, lo sekolah di mana sekarang?" Silvi bertanya ketika kita lagi nongkrong di cafe.

"SMA Melput, dong. Lo tahu? Gue dapet beasiswa di sana!" Seru gue bangga. Namun, Silvi justru tersedak mendengar pengakuan gue barusan.

"SMA Melput? Melati Putih maksud lo?" Gue mengangguk. "Cabut, Sin!"

"Kenapa emang?" Tanya gue heran karena Silvi nyuruh gue nyabut pengajuan yang udah disetujui itu.

"Lo nggak pernah denger apa soal kutukan anak beasiswa di SMA itu?" Gue menggeleng, mulai ngerasa ada yang nggak beres, "Semua anak yang masuk jalur beasiswa di sana, hidupnya nggak pernah bisa tenang. Selain mereka harus ikut tiap kegiatan sekolah, mereka juga harus ngikuti perintah kepsek di sana!"

"Terus?"

"Terus, ada juga hantu Rifu yang katanya selalu gangguin anak beasiswa! Dia selalu bunuh anak beasiswa dengan sadis buat dijadiin temen di alam sana," Gue meneguk saliva.

"Terus gimana? Udah terlanjur. Nggak bisa dicabut lagi!"
♠♠♠
Waduh, gimana nasib Sinta, nih? Temukan jawabannya hanya di sini.
♠♠♠
©2019
All Rights Reserved
Sign up to add Kutukan Anak Beasiswa to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
School Ghost [DINOVELKAN] cover
DISUKAI JIN PELINDUNG ANAK ASUH cover
TERSESAT (Wangxian/Yizhan) cover
MISTERI ANAK-ANAK PAK JAWI (BASED ON URBAN LEGEND) cover
BALLERINA BERDARAH cover
Stadiun Berdarah cover
Haunted dormitory✓ cover
SATU SISI cover
Balas Dendam Nyi Ulandari cover
WULAN SEASON 2 : SUMUR PATI [Pageblug Di Desa Kedhung Jati 2] cover

School Ghost [DINOVELKAN]

114 parts Complete

Teriakan dan tangisan itu .. Selalu terdengar jelas di telinga ku. Sosok-sosok itu .. Tak pernah permisi mendekati ku. Aku kesal mengapa aku dilahirkan seperti ini, mereka yang lancang selalu mengganggu ku, namun ternyata .. bukan tanpa alasan hadirnya mereka di setiap langkah ku. Ya .. sama hal nya dengan manusia, mereka ingin mempunyai kehidupan yang tenang. Bahkan ternyata penderitaan mereka jauh lebih besar saat tak ada satu orang pun yang mengerti arti dari tangisan dan rintihan mereka.