Gigi berjalan cepat mengikuti Gibran, sesekali ia memanggil nama Gibran. "Gib!" "Gib, tunggu!" Gibran mencoba berlari agar lebih cepat menghampiri Milka. Sayang, Milka langsung menyebrang dan berlari menaiki taksi diseberang jalan. Gibran tertinggal jauh dan ia tak sempat menyebrang pula. Semakin jauh jarak Gibran, semakin keras suara Gigi untuk memanggil namanya. "Gibran!, tunggu" Gibran menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. "MAU APA LAGI SIH, LO!!" Bentak Gibran. Gigi tersentak sampai sampai matanya berkaca-kaca tak percaya dengan apa yang Gibran lakukan padanya barusan. 'apa barusan itu?' batin Gigi. Lalu Gibran mencoba merendahkan nada suaranya. "Gi, dengar. Kita udah sepakat jaga jarak dan elo juga udah fine sama Milka. Sekarang apa lagi?" Setelah beberapa detik menahan, akhirnya air matanya pecah. Gigi menangis tetapi mata indahnya masih memandang wajah Gibran dengan ekspresi sedih dan takut. "Gi, Kita udah gede. Seharusnya kita tau apa yang kita lakukan itu benar atau salah.." belum selesai bicara, perkataan Gibran dipotong oleh Gigi. "Tanpa kamu sadar... Tanpa kamu sengaja.. kamu masih kasih peluang buat aku..." Berusaha mengusap air mata yang keluar deras membasahi pipinya. Ia masih terisak, tak kuat menahan. Gibran terdiam kaku mendengar hal itu.