Pekerjaan yang gue jalani saat ini termasuk cukup banyak. Menjadi conten creator di sebuah komunitas menjadi hal baru dalam hidup gue. Namun, hati memang tidak bisa berbohong. Selama empat tahun ini gue menjatuhkan pilihan gue ke dunia pena. Terkadang memang sangat susah untuk membagi mood yang kadang hilang. Sekali mood muncul, gue sampai lupa mandi. Ya, emang gue sejorok itu.
Semakin lama semakin asyik. Itu mengapa gue betah di depan laptop. Cukup dengan secangkir kopi, gue bebas berselancar ria di dunia imajinasi. Ketika gue mau menulis, yang gue ingat adalah memori di otak. Alhamdulillah sampai sejauh ini belum bad sector. Menurut gue, menulis adalah suatu ekspresi tentang gue dan kegelisahan.
Menulis adalah imajinasi yang mahal.
Hingga suatu waktu, gue diundang ke BUMN Festival. Acara ini mengumpulkan orang-orang dari disiplin ilmu yang berbeda, seperti fashion, barista, digital marketing, dan content writer. Gue mengisi di panel writer dan diberikan waktu hanya limabelas menit. Ketika gue duduk di samping moderator, dia bertanya, "Kok bisa sih lo bisa nulis?"
Gue jawab, "gue juga nggak tahu."
Dia balas, "terus sampai kapan lo mau nulis?"
"Sampai kegelisahan gue hilang."
Moderator mengangguk. "Emang lo gelisah tentang apa?"
"Ternyata ada hal yang nggak bisa gue nalar dan itu penting gue tulis."
Selepas acara itu, gue pulang dan memutuskan untuk menulis suatu bab di buku kedua gue. Gue baru sadar, ada sesuatu yang perlu kita tulis karena itu penting. Gue ingin menyelamatkan banyak orang tentang bagaimana bergaul yang baik. Trust me, buku ini adalah bentuk kegelisahan gue terhadap hal baru di hidup gue. Bagi kalian yang pernah mengalami hal yang sama, mari sama-sama kita menertawakan.
Resapi dan selamat membaca!
Emmy's life is going just as she'd planned: She's living in her own apartment, dancing every day and is just leaps away from being named her company's next Prima ballerina. And she's only 17. But all of Emmy's plans come to a screeching halt when the FBI shows up at her door to let her know that she's being stalked by a serial killer. Suddenly, the safe, insulated world she created for herself is riddled with violence, fear...and a growing pile of dead bodies. At first Emmy wants nothing more than to forget her chilling new reality - but her admirer isn't finished with her yet, and before she knows it, Emmy's stuck in a nightmare she can't dance her way out of.
Content and/or trigger warning: This story contains detailed scenes of murder, rape, torture, sex and stalking, which may be triggering for some readers.
[[word count: 80,000-90,000 words]]