Syadza menunduk, tak kuasa menatap mata kekasihnya yang sendu. Jari putih pucatnya tergerak mengusap rahang kokoh milik kekasih. "Dengarkan aku kali ini, aku yang akan bicara." kata Syadza sembari mengecup pipi Syauqi syahdu. Ia bergerak mundur, memposisikan matanya bertemu dengan mata Syauqi. "Sejauh apapun kekasih pergi, jangan pernah lupakan jika cintanya tetap tinggal dalam hati dan tak akan mati." kata Syadza lagi, kembali ia kecup mata kekasihnya untuk terakhir kali. "Dari dalam hati ini" Syadza membawa tangan Syauqi menyentuh dada bidangnya sendiri. "Tidak perlu takut dan ragu, karena jika kita mencintai maka jiwa tidak akan pernah takut untuk kehilangan kekasih hati. Kita hanya perlu mengasihi diri untuk menghangatkan jiwa tanpa hal-hal yang menyakitkan. Dan dengan itu, ia akan bertahan hidup dengan tawa kembali." "Mas," panggilnya. Ia tersenyum ketika melihat setetes air mata sengaja mengalir dari mata tajam kekasihnya. "Hakikat cinta itu untuk berbagi, dan aku tidak pernah menyalahkan kamu untuk semua ini. Aku ikhlas untuk berbagi karena Allah percaya kita bisa melalui semua ini,"