TUNAS - TUNAS YANG TUMBUH DI KEPALAKU - Guruh Nusantara - Wattpad

Story cover for TUNAS - TUNAS YANG TUMBUH DI KEPALAKU by GemuruhSepi

TUNAS - TUNAS YANG TUMBUH DI KEPALAKU

Reads 64
Votes 8
Parts 2

Reads 64
Votes 8
Parts 2

artikel filsafat kehidupan life lifechanging lifetime pemikiran perspective pertanyaan prosa selfhelp selfthought thoughts

Perihal kegelisahan yang menimang pertanyaan, duduk di sebelahku begitu saja. Senyumannya seperti sepoi di benakku, yang tiba-tiba menjadi tanah kosong terik dengan debu berterbangan ringan. Gersang. 

Pertanyaan demi pertanyaan turun dari pangkuannya menari di tengah lapang sembari menanam bibit-bibit harapan.

Di sini kalian akan melihat tunas-tunas itu tumbuh di kepalaku.All Rights Reserved

artikel filsafat kehidupan life lifechanging lifetime pemikiran perspective pertanyaan prosa selfhelp selfthought thoughts

Table of contents

2 parts

Sign up to add TUNAS - TUNAS YANG TUMBUH DI KEPALAKU to your library and receive updates

or

Content Guidelines

You may also like

Buku Ini Gak Konsisten, Tapi Ya Sudahlah by akmal1505

Hanya menuang segala kata dalam hiruk-pikuk kehidupan-merekam apa yang lewat, menuliskan apa yang terlintas, tanpa janji akan kedalaman atau kebijaksanaan. Tidak ada urgensi untuk menjelaskan, tidak ada kepentingan untuk dipahami, sebab dunia sudah penuh dengan orang yang mengira dirinya tokoh utama. Kata-kata berdiri sendiri, mengalir mengikuti arus yang tak selalu jelas arahnya, seperti rapat yang seharusnya bisa diselesaikan dengan satu email. Kadang tajam, kadang datar, sering kali hanya sekadar ada, mengisi ruang seperti iklan yang muncul di saat paling tidak dibutuhkan. Kadang melankolis, kadang sinis, kadang seperti bercanda tapi ternyata menyelipkan sesuatu yang dalam. Hidup ini kadang absurd kadang, ah sudahlah-namun makna di dalamnya juga sering lewat tanpa permisi. Saya pun sadar, tidak semua orang punya waktu untuk membaca sesuatu yang mungkin hanya sekadar refleksi seseorang yang terlalu banyak diam di pojok ruangan, mengamati bagaimana orang-orang tertawa, menangis, lalu pura-pura lupa bahwa mereka pernah melakukan keduanya. Tapi tenang saja, saya tidak akan memaksa Anda untuk membaca sampai selesai-membaca separuh lalu berpikir, "Ah, ini mah nggak masuk akal," juga merupakan bagian dari perjalanan menemukan makna, bukan? Maka, jika pada akhirnya tulisan ini lebih mirip tumpukan halaman tugas yang ditunda dikerjakan sampai tenggat waktu atau coretan iseng di pinggir buku catatan kuliah yang berakhir lebih eksistensial dari esai akademik-saya tidak akan terkejut. Seperti manusia yang mencari hiburan, semua tulisan ini juga mungkin sedang mencari pembacanya yang tepat, atau setidaknya, seseorang yang cukup penasaran untuk bertanya, "Ini cerita isinya apa sih?" sebelum akhirnya menguap dan kembali membuka media sosial. Jika Anda menemukan sesuatu yang berharga di dalamnya, anggap saja saya sedang beruntung. Jika tidak, ya, setidaknya saya sudah menyumbang satu tulisan lagi ke alam semesta ini.

Karena Aku Tidak Ingin Hilang Tanpa Arti by aninverses

[ Sebagian chapter masih private. Follow dulu supaya bisa ikut membacanya nanti. Terima kasih sudah menunggu. 🤎] Ini adalah kisah tentang suara-suara yang lama kupendam dalam diam. Tentang luka yang tak terlihat, tetapi terus berdenyut setiap malam. Aku menulis bukan karena kuat, tapi karena jika tidak, mungkin aku akan benar-benar hilang. Cerita ini bukan sekadar rangkaian kata-ini adalah perjalanan pulang ke dalam diriku sendiri. Jika kamu pernah merasa sendiri, kosong, atau tak didengar, mungkin kamu akan menemukan dirimu di antara halaman-halaman ini.

RUMAH tanpa pintu by diandlyne

rumah itu punya dinding. punya atap. punya meja makan dan tempat tidur. tapi tidak punya tempat untuk elira merasa aman. di sana, elira tumbuh seperti bayangan. ada, tapi tak pernah dianggap. dilahirkan bukan karena diharapkan, tapi karena tak sengaja. sejak kecil, elira sudah belajar caranya diam. belajar caranya menyembunyikan luka di balik senyum, dan menyembunyikan jeritannya dalam baris-baris puisi di buku matematikanya. ia bukan anak yang cerewet, bukan juga yang mudah dicintai. tapi bukan berarti ia tidak ingin dipeluk. di sekolah, elira hanya ingin melewati hari. tapi semuanya berubah saat seorang guru baru memperhatikannya lebih dari sekadar nilai. untuk pertama kalinya, elira merasa dilihat. tapi... hidup tidak semudah itu. di saat ia mulai berharap, kenyataan kembali menampar lebih keras. masalah di rumah makin dalam, luka makin dalam, dan batas kesabaran pun makin tipis. ketika elira memutuskan diam-diam untuk pergi... barulah semua mata terbuka. tapi seperti luka yang tak segera diobati-penyesalan pun datang terlambat. ini bukan hanya kisah tentang kehilangan. tapi juga tentang suara-suara yang sering kita abaikan. tentang seseorang yang hanya ingin didengarkan... sebelum akhirnya benar-benar hilang. untuk kamu yang pernah merasa sendirian di tengah keramaian-ini kisahmu. dan jika kamu mengenal seseorang yang sering bilang "ga apa-apa", peluk mereka lebih lama. dengarkan lebih dalam. karena bisa jadi, itu adalah tangisan yang paling sunyi. 😞👍🏻 ---

Those Butterflies Are Us by AllysaRachellia

Pernahkah kau duduk di tepi jendela, membiarkan pikiranmu melayang ke masa lalu? Di antara gedung-gedung sunyi dan langit yang ipenuhi kupu-kupu, aku menulis semua yang terasa. Kisah tentang kehilangan, tentang harapan yang perlahan tumbuh dari keputusasaan. Tulisan ini bukan sekadar kumpulan cerita. Ini adalah perjalanan -tentang bagaimana kita berdamai, bagaimana kita tetap memilih untuk bertahan, di tengah kenangan dan keajaiban kecil yang pernah singgah.

Hopeless by aureumaze

[COMPLETED] "Whoever told you that life would be easy, I promise that person was lying to you." --Kondisi dimana tidak memiliki ekspetasi tentang hal-hal baik yang akan terjadi dan juga kesuksesan di masa mendatang. [Definition of Hopeless] Apakah ini tentang kisah cinta masa remajaku? Astaga, bahkan aku tidak yakin tentang cinta itu nyata. Yang aku tahu hanya luka dan luka. Itu saja. Tangisanku bukan tangisan patah hati, lagipula perasaanku sudah mati. Jiwaku diasuh oleh sepi, hingga teman terbaikku hanya rasa sendiri. Setidaknya aku punya mereka, orang yang mengajariku bahwa aku tidak sendirian. Meskipun ada kalanya aku menyerah dan pasrah. Apakah akhir ceritaku ini bahagia? Apakah aku akan terus berkawan dengan tangisan, hingga aku lupa cara untuk mencari kebahagiaan? Aku hanyalah satu dari ratusan orang yang sakit secara jiwa, aku bersahabat dengan sesuatu yang mereka sebut depresi. Hingga yang kukenali hanya keputusasaan pada masa depan diri sendiri.

Mahligai Sunyi by AetherSerl

Novel "Mahligai Sunyi": Senja mulai menua di balik jendela kaca, membiaskan cahaya jingga yang merayap perlahan di sudut ruangan. Aku duduk dalam diam, menatap kosong pada cangkir teh yang tak lagi mengepul. Aroma melati yang biasa menenangkan kini terasa hambar di inderaku. Aku terjebak dalam pusaran pikiranku sendiri, menggenggam kenyataan yang pahit namun tak bisa kutolak. Aku pernah percaya bahwa cinta adalah tentang memilih satu orang, bertahan dengannya dalam segala cuaca, dalam segala luka. Namun, kini aku mengerti bahwa terkadang, cinta juga berarti kehilangan-kehilangan harapan, kehilangan rasa percaya, bahkan kehilangan diriku sendiri dalam labirin luka yang diciptakan oleh seseorang yang seharusnya menjagaku. Arion adalah cintaku, atau setidaknya pernah menjadi. Aku mempercayainya lebih dari yang seharusnya, mencintainya lebih dari yang pantas. Namun, cinta saja tidak cukup untuk mempertahankan sebuah rumah tangga. Tidak cukup untuk menghindarkanku dari rasa sakit yang berkali-kali ia hadiahkan. Tidak cukup untuk membuatnya berhenti mencari bahagia di tempat lain. Aku telah memaafkan, berkali-kali. Aku telah memberi kesempatan, hingga tak tahu lagi batas dari kata "cukup." Tetapi, sampai kapan aku harus terus bertahan? Sampai kapan aku harus mengorbankan kebahagiaanku sendiri demi menjaga sesuatu yang terus menerus hancur? Dan di sinilah aku, berdiri di persimpangan. Antara bertahan dengan luka atau pergi dengan sisa-sisa keberanian yang kupunya. Aku tidak tahu bagaimana akhir dari kisah ini. Yang kutahu, aku hanya ingin menemukan kembali diriku yang telah lama hilang.

Waktu Bagian Semesta by Hafizislami19

Melihat dengan mata Mendengar dengan telinga Merasakan dengan hati Kita melihat Waktu Bagian Semesta Dunia yang penuh fana Penuh fatamorgana didalamnya

Ketika Bulan Memutuskan untuk Bersembunyi by ownlily

"Di bawah langit yang sama, waktu terus berjalan tanpa peduli pada hati yang tertinggal. Aku berdiri di sini, menyentuh dinginnya batu nisan dengan nama yang terlalu berat untuk kusebut. Dia, satu-satunya yang melihatku saat aku tak bisa melihat diriku sendiri. Sekarang, dia pergi, dan aku terjebak dalam pusaran penyesalan. Jika saja aku tahu, jika saja aku sadar, mungkin aku tidak akan melepaskan tangan itu begitu saja. Tapi hidup tak pernah memberi kesempatan kedua. Semua yang tersisa hanyalah kenangan, dan aku harus belajar mencintai diriku seperti dia dulu mencintaiku."

Setulus Rasa Untuk Kehidupan by fauzabj

Harapan, Satu kata yang menguatkan nadi Membuncah bahagia dalam pikir Menuntun diri dan jiwa Pada kehidupan yang diinginkan Yang menguatkan langkah Untuk selalu bisa seperti itu Dalam keberkahan Dalam ketulusan Dalam keikhlasan

You may also like

Slide 1 of 9

Buku Ini Gak Konsisten, Tapi Ya Sudahlah cover

Karena Aku Tidak Ingin Hilang Tanpa Arti cover

RUMAH tanpa pintu cover

Those Butterflies Are Us cover

Mahligai Sunyi cover

Waktu Bagian Semesta cover

Ketika Bulan Memutuskan untuk Bersembunyi cover

Setulus Rasa Untuk Kehidupan cover

Buku Ini Gak Konsisten, Tapi Ya Sudahlah

Hanya menuang segala kata dalam hiruk-pikuk kehidupan-merekam apa yang lewat, menuliskan apa yang terlintas, tanpa janji akan kedalaman atau kebijaksanaan. Tidak ada urgensi untuk menjelaskan, tidak ada kepentingan untuk dipahami, sebab dunia sudah penuh dengan orang yang mengira dirinya tokoh utama. Kata-kata berdiri sendiri, mengalir mengikuti arus yang tak selalu jelas arahnya, seperti rapat yang seharusnya bisa diselesaikan dengan satu email. Kadang tajam, kadang datar, sering kali hanya sekadar ada, mengisi ruang seperti iklan yang muncul di saat paling tidak dibutuhkan. Kadang melankolis, kadang sinis, kadang seperti bercanda tapi ternyata menyelipkan sesuatu yang dalam. Hidup ini kadang absurd kadang, ah sudahlah-namun makna di dalamnya juga sering lewat tanpa permisi. Saya pun sadar, tidak semua orang punya waktu untuk membaca sesuatu yang mungkin hanya sekadar refleksi seseorang yang terlalu banyak diam di pojok ruangan, mengamati bagaimana orang-orang tertawa, menangis, lalu pura-pura lupa bahwa mereka pernah melakukan keduanya. Tapi tenang saja, saya tidak akan memaksa Anda untuk membaca sampai selesai-membaca separuh lalu berpikir, "Ah, ini mah nggak masuk akal," juga merupakan bagian dari perjalanan menemukan makna, bukan? Maka, jika pada akhirnya tulisan ini lebih mirip tumpukan halaman tugas yang ditunda dikerjakan sampai tenggat waktu atau coretan iseng di pinggir buku catatan kuliah yang berakhir lebih eksistensial dari esai akademik-saya tidak akan terkejut. Seperti manusia yang mencari hiburan, semua tulisan ini juga mungkin sedang mencari pembacanya yang tepat, atau setidaknya, seseorang yang cukup penasaran untuk bertanya, "Ini cerita isinya apa sih?" sebelum akhirnya menguap dan kembali membuka media sosial. Jika Anda menemukan sesuatu yang berharga di dalamnya, anggap saja saya sedang beruntung. Jika tidak, ya, setidaknya saya sudah menyumbang satu tulisan lagi ke alam semesta ini.