"Temani aku makan siang." Ervan menjalankan mobilnya keluar dari butik. "Aku masih pake sendal jepit. Tasku juga didalam. Berhentiin mobilnya." Ucapku dengan kesal. Ervan hanya diam dan tidak meladeni ucapanku. Wajahnya masih datar. "Ervan! Hei!" "Kenapa?" Tanyanya dengan wajah kesal. "Aku masih pake sendal jepit!" "Mau beli?" Tanyanya masih fokus dengan jalanan. "Iya!" Jawabku dengan kesal. Bodo amat lah aku tidak peduli. Dasar aneh. Aku benar-benar tidak menyangka dengan cowok disampingku ini. Ervan beneran membawaku ke mall supaya aku bisa membeli sepatu. Aku hanya bisa terheran melihat sikapnya yang semakin lama semakin menyebalkan. "Cepat pilih." Aku sengaja menabrakan bahuku ke tubuhnya. Sialan! Bahuku yang malah sakit. Aku tidak tahu kalau bahunya sekeras itu. Aku melihat beberapa sepatu didepanku. Ervan mengajakku ke tempat sepatu yang memang designnya terkenal. Saat aku tanya kenapa mengajakku kesini dia hanya bilang kalau mamahnya sering membeli sepatu disini. Aku sengaja memilih sepatu yang harganya lumayan mahal. Sekali-kali Ervan memang harus di kerjain. Biar dia itu tidak seenaknya kepadaku. Aku mengambil sepatu yang menurutku designnya bagus dan elegan. Aku melihat tagnya. 13.000.000. Aku langsung mengambil dan langsung membawa sepatunya ke kasir. Dalam hati aku ingin tertawa. Tetapi saat kasirnya menyebutkan harga wajah Ervan tidak berubah kaget. Malah tetap datar. Aku mengerutkan kening kesal. Kenapa jadi aku yang kesal sih? Dasar cowok aneh!!!!!!