Even at Night

Badai semakin besar. Lizzy dan Chreo masih terjebak di tengah badai, dengan kedua sayapnya, Chreo melindungi Lizzy dari suhu yang sangat dingin ini.

"Lizzy, bertahanlah sebentar lagi ya, aku pasti akan menemukan tempat berlindung." kata Chreo sambil menahan rasa sakit yang ia terima karena sayapnya terkena suhu dingin cukup lama.

Chreo masih melihat sekitar sambil mencari tempat yang bisa digunakan untuk berlindung dari badai.

"C-chreo... tinggalkan...saja..a-aku...sendiri...*uhuk~*uhuk~ cepatlah...selamatkan...d-dirimu...s-sen..di..ri.." Lizzy tiba-tiba pingsan, Chreo pun makin panik.

Chreo pun berjalan sambil menggendong Lizzy dan menutupi tubuhnya dengan kedua sayapnya yang sudah sangat parah keadaannya. ia memaksakan diri untuk berjalan dengan harapan menemukan tempat berlindung secepatnya.

(Srak~Srak~Srak~)

Suara langkah kaki Chreo yang sudah mulai tak beraturan, pandangannya mulai buram, ia juga terlihat lelah. Sesekali ia menatap wajah Lizzy dan ia mendapatkan semangat kembali.

Sudah jauh Chreo melangkah, namun belum juga ia menemukan tempat untuk berlindung. ia pun mulai kebingungan, ia mengkhawatirkan keadaan Lizzy yang sepertinya ia sudah tidak bisa bertahan dari dinginnya suhu.

Chreo mendapat sebuah ide yang cukup gila, tapi mungkin ide itu dapat menyelamatkan Lizzy. Ia menaruh lizzy dibawah sebuah pohon, lalu di dekat pohon itu ia menggali sebuah lubang yang cukup dalam, kemudian ia menggendong Lizzy dan menaruhnya didalam lubang tadi.

"Lizzy, maafkan aku, tapi ini hanyalah satu-satunya cara yang terpikirkan olehku... kuharap kau memaafkanku." kata Chreo yang terlihat sudah putus asa.
.
.
.
.