Bagi Saira, hidup seterjal apapun adalah perjuangan. Selayaknya mendaki gunung, tak selalu terjal yang kita lalui, tapi ada juga landai yang akan kita temui. Bagi Saira hidup juga bukan hanya kebetulan, tapi hidup adalah perjalanan, dimana jalan yang kita tempuh sudah diatur oleh Tuhan. Itulah kata-kata yang ia rangkai dan tepat untuk di tujukan kepada pria bernama Resh. Seorang pria korban kesibukan orang tua yang melarikan diri pada teman satu geng dan hobi berkelahinya. Sesekali Saira juga ikut terlibat dalam masalah yang dihadapi dan di perbuat oleh Resh. Bahkan ketika pria itu mulai menyiram benih-benih cinta sehingga tumbuh di hatinya, Saira tak menolak, justru dia menyambutnya. Meski tak pernah ada kata pengakuan atas cinta mereka, melainkan kata perpisahan yang menjadi akhir dari segalanya. Namun Saira tak menyesali pertemuannya dengan Resh. Sebab bagi Saira "Tuhan tidak pernah salah dalam menuliskan takdir manusia"