HOUSE OF CARD [END]
  • Reads 34,784
  • Votes 3,049
  • Parts 30
  • Reads 34,784
  • Votes 3,049
  • Parts 30
Ongoing, First published Jun 05, 2019
Park Jimin, seorang pria yang sejak kecil hidup dengan ditemani bermacam jenis senjata, dengan pemandangan darah yang mengalir hampir setiap hari, dan luka-luka sebagai penghias anggota tubuh nya. 

   Jangan salah paham! 

   hal ini terjadi karena orang tuanya lah yang menginginkan nya, bukan dirinya. Malaikat berhati dingin adalah gambaran yang pas menggambarkan sosok nya. 

   Sampai pada suatu malam, dimana dia mendapat perintah untuk membunuh seorang perempuan dengan balasan uang puluhan juta dalam satu malam. 

   Jimin pun terpaksa menerima tawaran itu. Namun siapa sangka, orang yang harus nya ia bunuh, malah menyelamatkan nya dari bahaya.

  Siapa orang ini ?


  Apakah malam itu sebuah malapetaka?


  Atau sebuah keberuntungan?
All Rights Reserved
Sign up to add HOUSE OF CARD [END] to your library and receive updates
or
#12hyejin
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Dosa Ku cover
OUR SECRET (SKYNANI X PONDPHUWIN)  cover
𝐒oerabaja, 1730 cover
THE BOSS BABY cover
Choose Family  cover
Stars Behind the Darkness 2 cover
BABY CHANIE cover
Kesayangan Bunda cover
Duke's Grip cover
After Graduation cover

Dosa Ku

1 part Ongoing

Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput. "Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah. "Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin. 'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.