Mungkin tidak ada satupun kata yang bisa mendeskripsikan bagaimana hidup Keisya sekarang. Ketika segala sesuatunya mulai indah, ketika ia mulai merangkai kembali kepingan-kepingan yang telah hancur, semuanya kembali menjadi potongan kecil yang terlalu sukar untuk disatukan karena terlalu banyak lekukan dan bagian yang sulit dimengerti dan dipahami. Tidak ada hal yang membuat Keisya istimewa, jabatan, uang, semuanya sederhana, namun tuhan selalu menjadikan hidup Keisya berwarna. Tetapi dengan warna-warna yang tidak elok dipandang mata, apalagi jika dirasakan di dalam sanubarinya. Singapura menjadi saksi bagaimana Keisya meratapi hidupnya. Negara seluas 721,5 km² itu hanya membisu, mencoba diam dan tenang hanya untuk Keisya. Terkadang tuhan memberikan air mata agar rindu dan kecewa Keisya tidak mengalir sendiri dalam sepi. Kalian akan tertawa membaca kisah Keisya yang penuh penderitaan.Tous Droits Réservés
2 chapitres