Sunyi Tidak Selalu Hampa

Damar Nilansa, sosok pemuda cerdas yang saat ini bekerja di Industri perminyakan di Perancis harus terenyah ketika medapatkan surat misterius saat ia akan kembali ke Indonesia. Surat yang mengingatkan dia pada seorang wanita khatolik di masa lalu bernama Elsa Flavarin dan semua ukiran kenangan tentang keputusan pahit yang pernah dia ambil kala itu. Hinggapnya bait penyesalan di relung jiwa Damar bermula saat ia mengetahui bahwa Elsa sedang mengidap penyakit otak langka dan harus dioperasi dengan resiko kehilangan semua ingatannya tentang Damar serta semua cahaya keislaman yang sudah cukup banyak mengisi seluk-beluk jiwanya.

"Aku dan kamu tidak ada diantara kita yang benar dalam memahami perasaan, kita hanya lah partikel padu dalam sistem yang digerakan oleh Yang Maha Bijaksana. Layaknya bintang yang tetap pada peredarannya seperti itu pula hati ku yang tetap mengagumi mu dalam kesunyianku, itu semua bukan pintaku, namun karena Yang Maha Bijaksana pun menggerakan hatiku." - Damar Nilansa

"Aku tau jarak, dan itu hanya persoalan angka dalam matematika. Berbeda dengan aku yang mencintaimu di bumi Tuhan ku ini, namun hati mu yang ku damba jauh berada dalam lingkup keimanan Tuhan mu yang tidak aku ketahui dimana, sejauh itukah jarak untuk ku agar dapat mendekapmu?" - Elsa Flavarin

Arah pandang menetukan keputusan untuk membuat langkah. Setiap yang pernah muda merasakan menetukan pilihan dalam percintaan fana. Maka terimalah takdir dari apa yang telah dipilih itu. Inilah Damar Nilansa dengan kesunyian yang tak selalu hampa.