"Kamu cantik. Tapi, kenapa pakai penutup wajah?" Kuterima suapan dari tangan suamiku, setelah ku kunyah habis bakso itu. Dibalik cadar aku tersenyum.
"Mas Daiyan, tau nggak?" Ia geleng-geleng polos, "Aku pakai penutup wajah demi, Mas." Memang, alasan ku itu. Bahkan sebelum aku menikah. Dahinya berkerut, ih cute banget.
"Kok demi, Mas?" Aku pegang kedua tangannya yang sudah terlipat rapi di atas meja.
"Makasih, Mas. Udah bilang aku cantik, karena yang berhak menikmati wajah cantikku ini cuman, Mas seorang!" Ku lihat pipinya memerah juga telinganya, maa syaa Allah..., mau seidiot apapun kamu mas. Sungguh, aku tetap cinta, karena kamu jodohku.
Karena Allaah sudah mentakdirkanku denganmu, karena Allaah sudah memberikan cinta kepadaku untukmu.
Nggak apa-apa kalau aku harus terus merawatmu sepanjang usiaku, karena memang istri harus mengabdi pada suami. Aku terima apa yang sudah menjadi takdirku. Anna uhibbuka fillah Mas Daiyan.
-Maisara Lafiza
●REVISI SETELAH TAMAT●
Menikah karena dijodohkan dengan seorang yang dari segala sisi sempurna Arina mengira jika dirinya akan bahagia bersama dengan pilihan orangtuanya, tapi rupanya hidup tidak berjalan seperti yang Arina inginkan.
Sadewa Natareja, pria yang masuk ke dalam jajaran anggota dewan rakyat paling muda ini nyatanya tidak bisa menjadikan Arina sebagai seorang istri yang seutuhnya. Pengorbanan Arina menerimanya yang berstatus duda dan merawat anaknya yang berusia kurang dari satu tahun nyatanya tidak bisa membuat Dewa mencintai Arina seperti dirinya mencintai istri pertamanya, Husna.
Dimata Dewa, Arina tidak lebih dari seorang wanita yang dipilihkan ibunya untuk menjadi teman dibawah atap yang sama dan sosok yang menjadi ibu untuk putra kesayangannya sebaik apapun Arina berusaha menjadi istri yang baik untuknya.
Semua hal yang dilakukan Arina serasa tidak berarti sama sekali sampai akhirnya Arina lelah sendiri, meraih cinta suaminya nyatanya hal yang mustahil bagi Arina. Perlahan, Arina menjauh membangun benteng tinggi yang membuat Dewa tersadar betapa seharusnya dia bersyukur memiliki Arina dalam hidupnya.
Sayangnya, semuanya sudah terlambat.
"Mas Dewa, aku capek."