WANITA DIRINDUKAN SURGA "Dengar! Aku nikahi kamu hanya untuk keluargaku. Untuk mendapat keturunan wanita hafizah sekaligus qori berbakat sepertimu. Aku makin muak saat tau latar belakang ibumu seorang lacur! Haahhh!!" ucap Serhan. Pria yang selama setahun ini menjadi bagian dari kehidupanku. Aku meninggalkan negeriku dan mengabdi sebagai istrinya sekaligus menantu dari saudagar tersohor di bumi Turki karena bakatku sebagai hafizah sekaligus pemenang MTQ Internasional dua tahun lalu. "Lihat! Sekarang lihat! Keluargaku sekarang tak bersimpati lagi. Kami malu telah meminangmu sebagai bagian dari keluarga terhormat sepertiku," setiap kepingan kata-kata Serhan melecut hati sekaligus harga diriku sebagai istrinya. "Lalu, apa yang kau pinta dariku?" jawabku. Kukemasi air mata. Mencoba tegar di depan Serhan. Suamiku yang telah mengkhitbahku setahun yang lalu. "Izinkan aku menikahi Gulya! Aku sudah mendapat restu setelah kecewanya orang tuaku atas latar belakang ibumu," ucapnya bagai ribuan sembilu yang mendera. Mencabik-cabik relung sukma. "Kumohon jangan lakukan ini padaku. Aku tidak sanggup. Lebih baik ceraikan aku dan pulangkan aku di Indonesia," pintaku. Kupegang erat kaki Serhan. Derai tangis tak tertahan. "Haahhh! Bercerai katamu! Kamu tidak bisa bercerai denganku. Di dalam rahimmu ada anakku. Penerus keluarga yang diharapkan. Sedangkan Gulya, wanita mandul yang hanya bisa kunikahi sebagai kesenangan saja." Serhan menepis tanganku. Meninggalkanku dalam kegetiran yang mendalam. Haruskah aku terus tegar? Meski karang di lautan sekalipun merepih menjadi butiran-butiran pasir putih. Haruskah aku berlutut dan mencium kakinya setelah berkali-kali cacian bertubi-tubi mencerca. Haruskah aku pergi dan kembali ke negeriku agar terhempas dari ribuan luka yang menyayat-sayat hidupku. Setegar apa yang harus aku lakukan, Ya Allah? Agar aku bisa memeluk cendayam surga-Mu.All Rights Reserved